Selasa, 26 Maret 2019

KEDUDUKAN DAN TUJUAN TASAWUF DALAM ISLAM


KEDUDUKAN DAN TUJUAN TASAWUF DALAM ISLAM
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
 Pendidikan Akhlak







Di Susun Oleh:
Kelompok 6
Septi Andriani
Siti Aisyah
Siti Khotijah
Dosen Pembimbing: Saerozi, M.Pd.I
Semester: VI D


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NURUL HIDAYAH SELATPANJANG

2019


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat sunnat. Maka Ulama Tasawuf sering menamakan ajarannya dengan istilah “Fadailu al-A’mal” (amalan-amalan yang hukumnya lebih afdal), tentu saja maksudnya amalan sunnat yang utama.
Memang harus diakui bahwa tidak ada satupun ayat atau Hadith yang memuat kata Tasawuf atau Sufi, karena istilah ini baru timbul ketika Ulama Tasawuf berusaha membukukan ajaran itu, dengan bentuk ilmu yang dapat dibaca oleh orang lain. Upaya Ulama Tasawuf memperkenalkan ajarannya lewat kitab-kitab yang telah dikarangnya sejak abad ketiga Hijriyah, dengan metode peribadatan dan istilah-istilah (simbol Tasawuf) yang telah diperoleh dari pengalaman batinnya, yang memang metode dan istilah itu tidak didapatkan teksnya dalam Al-Qur’an dan Hadith. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang pengertian, kedudukan dan tujuan tasawuf dalam Islam.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)      Apa pengertian tasawuf?
2)      Bagaimana kedudukan tasawuf dalam Islam?
3)      Apa saja tujuan tasawuf dalam Islam?

C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui apa pengertian tasawuf.
2)      Untuk mengetahui bagaimana kedudukan tasawuf dalam Islam.
3)      Untuk mengetahui apa saja tujuan tasawuf dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tasawuf
Secara etimologi, kata tasawuf berasal dan bahasa Arab, yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari mana asal-usulnya. Ada yang mengatakan dari kata Shuf (bulu domba), shaff (barisan), shafa’ (        jernih), dan shuffah (serambi Masjid Nabawi yang ditempati oleh sebagian sahabat Rasulullah SAW).  Ada yang menisbahkan tasawuf berasal dari Bahasa Yunani, yaitu shopos. Istilah ini disamakan maknanya dengan kata hikmah yang berarti kebijaksanaan.[1] Dari segi kebahasaan, tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan yang lebih mulia.
Berkenaan dengan pengertian tasawuf tersebut, berikut ini pendapat Kyai Achmad.
“Tasawuf adalah pengetahuan tentang semua bentuk tingkah laku jiwa manusia, baik yang terpuji maupun tercela; kemudian, bagaimana membersihkannya dari yang tercela itu dan menghiasinya dengan yang terpuji, bagaimana menempuh jalan kepada Allah dan berlari secepatnya menuju pada Allah. [2]
Menurut Kyai Achmad, secara substansial tasawuf mengandung dua ajaran penting. Pertama, tasawuf mengajarkan cara pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela/merusak dan mengisi atau menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, sehingga menimbulkan pengaruh-pengaruh positif pada jiwa seseorang. Kedua, tasawuf mengajarkan cara/jalan yang ditempuh untuk menjadikan jiwa tersebut bisa sampai kepada Allah secepat mungkin. Dengan kata lain, tasawuf sebenarnya mengajarkan tentang materi dan cara memempuhnya.[3]
Menurut Syaikh Islam Zakaria Al-Anshari: “Tasawuf ialah ilmu yang menerangkan cara-cara mensuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.” Menurut H. M. Amin Syukur: “Tasawuf ialah system latihan dengan kesungguhan untuk mebersihkan, mempertinggi dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya tertuju kepada-Nya.”
Jadi, dapat disimpulakan bahwa tasawuf ialah usaha melatih jiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi untuk bertaqarrub kepada Tuhan sehingga jiwanya memjadi bersih, mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupannya, dan menemukan kebahagiaan spiritualitas.[4]
B.     Kedudukan Tasawuf dalam Islam
Setiap agama memiliki potensi untuk melahirkan bentuk keagamaan yang bersifat mistik. Dalam Islam, keagamaan yang bersifat mistik itu dikenal dengan nama tasawuf. Kaum orientalis menyebutnya sufisme. Dengan tasawuf, rasa kasih dan sayang akan selalu bersemi. Hal itu dikarenakan tasawuf merupakan elemen yang tidak mengabaikan hati.
Adapun kedudukan tasawuf dalam ajaran Islam adalah sebuah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam itu sendiri. Karena memang dasar rujukan dalam tasawuf adalah al-Qur’an, al-Sunnah dan al-Atsar (peninggalan) para ulama terpercaya. Meskipun terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa hal itu tidak termasuk bagian integral dari ajaran Islam, dengan mengemukakan argumentasi sebagai berikut: 1) Tidak terdapat satupun kata Tasawuf dan Sufi dalam Al-Qur’an maupun Hadith. 2) Banyak istilah Tasawuf yang sering digunakan oleh Sufi, tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan Hadith. 3) Timbulnya istilah Tasawuf  dan Sufi beserta dengan ajarannya, baru dikenal pada abad ketiga Hijriyah dan 4) Ajaran Tasawuf yang diamalkan oleh orang Islam, mirip dengan ajaran Mistik yang telah diamalkan oleh umat terdahulu.
Terlepas dari itu, Intisari dari sufisme adalah kesadaran akan adanya komunikasi rohaniah antara manusia dan Tuhan. Bahkan dalam sejarah perkembangan Islam secara menyeluruh, tasawuflah yang paling banyak merebut perhatian dan hati masyarakat. Kajian-kajian tasawuf tidak lain adalah mementingkan aktivitas untuk kebersihan batin dan kesucian jiwa, mementingkan aktivitas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub) dan sampai kepada-Nya. Dengan demikian, seluruh dimensi hidup dipenuhi dengan keadaan jiwa yang selalu berdzikir mulai dari lisan, anggota tubuh, peredaran darah, pikiran (akal/rasio), dan perasaan (hati serta keseluruhan aspek kejiwaan). Inilah yang membuat hidup seseorang selalu istiqamah, stabil, penuh dengan motivasi dan optimis. 
Secara Hierarki dan kedudukannya dalam ilmu – ilmu islam, tasawuf berada pada tingkatan pembentukan akhlak dan karakter manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf adalah aspek ajaran Islam yang paling penting karena peranan tasawuf merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran – ajaran Islam. Tasawuf inilah yang merupakan kunci kesempurnaan amaliah ajaran Islam. Memang, di samping aspek tasawuf dalam Islam  ada aspek lain, yaitu akidah dansyariah. Dengan kata lain, yang di maksud ad – din (agama) terdiri atas Islam, iman, dan ihsan, dan ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan.[5]
Jadi kedudukan tasawuf dalam syari`at Islam. Pertama, sebagai metode atau jalan untuk mendapatkan kelezatan dalam beribadah, karena tasawuf dipandang sebagai salah satu metode untuk mendapatkan hal tersebut, sehingga kelezatan ibadah tidak akan didapat apabila orang-orang muslim tidak bertasawuf. Kedua, sebagai metode untuk mencapai derajat ihsan, karena tasawuf mempunyai sumber dan landasan yang kokoh, kuat dari ajaran Islam. Ketiga, tasawuf sebagai sarana memperkuat mental, ketabahan dalam beribadah. Keempat, tasawuf sebagai landasan dalam mengaplikasikan rasa syukur baik syukur secara lisan, tingkah laku atau kemantapan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Dan Kelima, tasawuf sebagai ruang untuk menilai dan mempelajari serta menelaah kelemahan diri didalam melaksanakan kewajiban atau perbuatan baik dan kesukaran dalam menjauhi serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Islam.[6]
C.    Tujuan Tasawuf dalam Islam
Ada beberapa tujuan dari tasawuf. Menurut A. rivay Siregar, secara umum tujuan terpenting dari sufi adalah berada sedekat mungkin dengan Allah. Akan tetapi, apabila memperhatikan karakteristik tasawuf secara umum terlihat adanya tiga sasaran “antara” dari tasawuf, yaitu sebagai berikut. Pertama, tasawuf yang bertujuan pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten kepada keluhuran moral. Kedua, tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyimpakapan langsung. Ketiga, tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah.[7]
Tujuan akhir dari sufisme adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan, karena dialah penggerak utama dari semua kejadian di ala mini dan penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat buruk yang berkenaan dengan kehidupan duniawi serta pemusatan diri pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali dia. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ilmu tasawuf merupakan tuntunan yang dapat menyampaikan manusia mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tasawuf ialah usaha melatih jiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi untuk bertaqarrub kepada Tuhan sehingga jiwanya memjadi bersih, mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupannya, dan menemukan kebahagiaan spiritualitas.
Setiap agama memiliki potensi untuk melahirkan bentuk keagamaan yang bersifat mistik. Dalam Islam, keagamaan yang bersifat mistik itu dikenal dengan nama tasawuf. Kaum orientalis menyebutnya sufisme. Kajian-kajian tasawuf tidak lain adalah mementingkan aktivitas untuk kebersihan batin dan kesucian jiwa, mementingkan aktivitas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub) dan sampai kepada-Nya.
Tujuan akhir dari sufisme adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan, karena dialah penggerak utama dari semua kejadian di ala mini dan penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat buruk yang berkenaan dengan kehidupan duniawi serta pemusatan diri pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali dia.
B.     Saran
Kami mengharabkan kepada pembaca untuk lebih mempelajari secara mendalam tentang kedudukan dan tujuan tasawuf dalam islam, karena kami merasa makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna. Untuk itu kami sebagai pemapar makalah sangat mengharabkap kritikan atau saran dari kawan-kawan demi membaiknya makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Mahmud, 2001, Tasawuf di Dunia Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Achmad Siddiq, 1999, Menghidupkan Ruh Pemikiran, Jakarta.
Samsul Munir Amin, 2017, Ilmu Tasawuf, ed. 1, cet. 4, Jakarta: Amzah.
Syamsun Ni’am, 2008, The Wisdon of K.H. Achmad Siddiq: Membumkan Tasawuf, Jakarta: Erlangga.
http://nurhayatiyaya.blogspot.com/.






[1]Samsul Munir Amin, 2017, Ilmu Tasawuf, ed. 1, cet. 4, Jakarta: Amzah, h. 3.
[2]Syamsun Ni’am, 2008, The Wisdon of K.H. Achmad Siddiq: Membumkan Tasawuf, Jakarta: Erlangga, h. 104.
[3]Ibid, h. 105.
[4]Samsul Munir Amin, op.cit, h. 8-9.
[5]Abdul Halim Mahmud, 2001, Tasawuf di Dunia Islam, Bandung: Pustaka Setia,  h. 299.
[6]Achmad Siddiq, 1999, Menghidupkan Ruh Pemikiran, Jakarta, h. 77.
[7]Samsul Munir Amin, op.cit, h. 58.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...