Selasa, 26 Maret 2019

SISTEM POLITIK MENURUT ALI ASGHAR



SISTEM POLITIK MENURUT ALI ASGHAR
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemikiran Islam Modern






Di Susun Oleh:
Afrizol
Safari
Siti Aisyah
Dosen Pembimbing: Imam Ghozali, M.Pd.I
Semester: VI D



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NURUL HIDAYAH SELATPANJANG
2019
 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Membicangkan relasi agama dan politik adalah proses resiprokal yang satu sama lain. Kedua entitas tersebut memiliki proses tarik menarik kepentingan. Agama memiliki peran strategis dalam mengkonstruksi dalam memberikan kerangka nilai dan norma dalam membangun struktur negara dan pendisplinan masyarakat. Sedangkan, negara menggunakan agama sebagai legitimasi dogmatik untuk mengikat warga negara untuk mematuhi negara. Adanya hubungan timbal balik itulah yang kemudian menimbulkan hubungan dominasi-saling mendominasi antar kedua entitas tersebut.
Dalam khazanah pemikiran Islam, ada beberapa paradigma yang cenderung “kritis” dalam memahami sistem Islam yang sudah terbangun ini. Namun dalam tulisan ini hanya akan diulas dua kecenderungan pemikiran Islam yang sekiranya mampu mempresentasikan keberadaan paradigma kritis Islam ini. Pertama, model “Teologi Pembebasan” nya Ali Ashghar Enginer. Teologi pembebasan menghadirkan corak pemikiran kritis, di mana nuansa pembebasan sangat dominan dalam pisau analisisnya. Oleh Karen itu, makalah ini akan membahas tentang pemikiran Ali tentang system politik Islam.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)      Biografi Ali Asghar?
2)      Bagaimanakah pemikiran Ali Asghar tentang sistem politik Islam?
C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui biografi Ali Asghar.
2)      Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Ali Asghar tentang sistem politik Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Ali Asghar
Asghar Ali Engineer (selanjutnya disebut Asghar Ali) dilahirkan dalam lingkungan keluarga ulama ortodoks Bohro pada tanggal 10 Maret 1939 di Sulumber, Rajastan (dekat Udaipur) India.[1] Ayah Asghar Ali bernama Syeikh Qurban Husein seorang penganut kuat paham Syiah Ismailiyah. Ayahnya juga seorang sarjana Islam terpelajar yang turut membantu pendirian pimpinan ulama Bohro (daudi Bohro adalah sebuah sekte pedagang Muslim dari Gujarat). Dan ibunya bernama Maryam.
Pada masa kecilnya, Asghar Ali mendapat pendidikan Bahasa Arab, Tafsir, Hadis dan Fikih dari ayahnya dan selanjutnya mengembangkannya sendiri. Asghar Ali juga belajar semua karya-karya penting tentang dakwah Fatimiyah melalui Sayidina Hatim, Sayidin Qadi Nu‟man, Sayidina Muayyad Shirazi, Sayidina Hamiduddin Kirmani, Sayidina Hatim al-Razi, Sayidina Jafar Mansur al-Yaman, dll.
Disamping pendidikan agama, dia juga memperoleh pendidikan sekuler (umum). Dia meraih gelar insinyur di perusahaan Municipal Bombay dan kemudian secara suka rela mengundurkan diri dan terjun ke dalam gerakan pembaruan Bohra. Dia mulai memainkan peranan sebagai pemimpin dalam pembaharuan dari tahun 1972 ketika revolusi (pemberontakan) terjadi di Indiapur. Dia menulis beberapa artikel tentang gerakan reformasi pada tujuh belas surat kabar papan atas di India seperti The Time of India, India Express, Statesman, Telegraph, The Hindu, dan lain-lain. Ia juga terpilih sebagai sekretaris umum di Lembaga Komunitas Dewoodi Bohra pada konfirmasi pertamanya di Indiapur tahun 1977. Dia mencurahkan sebagian besar waktunya untuk gerakan reformasi dan telah menginternasionalkan gerakan reformasi tersebut melalui tulisan-tulisan dan pidatonya.[2]
Kemudian sejak itu, Asghar Ali Engineer terkenal. Dia juga terkenal sebagai sarjana terkemuka dalam Islam dan diundang untuk konferensi-konferensi internasional tentang Islam oleh berbagai pemerintahan dan Universitas. Asghar Ali Engineer telah memberikan kuliah di beberapa Universitas di USA, Canada, Indonesia, Malaysia, Jerman, Perancis, Thailand, Sri Langka, Pakistan, Yaman, Libanon, Switzerland, Mesir, Tokyo, Uzbekistan, Moskow, Keningred, dan lain-lain. Dia juga memberikan kuliah pada seluruh Universitas di India. Asghar Ali Engineer telah menerima beberapa penghargaan atas kerjanya dalam pemahaman antar agama. Dia secara yakin menunjukkan penghargaan yang sama terhadap seluruh agama dan menganggap bahwa keyakinan dalam agama adalah sebagai sesuatu yang sangat penting, sebuah kehidupan yang penuh makna.[3]
B.     Pemikiran Ali Ashgar Tentang Sistem Politik Islam
Secara etimologi kata “politik” berasal dari bahasa yunani, yaitu dari perkataan “polis” yang dapat mempunyai arti kota dan Negara kota. Kata “polis” tersebut berkembang menjadi kata lain seperti “politis” yang berarti warga Negara dan “politikus” yang berarti kewarganegaraan (civic).
Dalam bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (i) ilmu/pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan; (ii) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain; dan (iii) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).[4]
Cita-cita politik sebagaimana dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dalam alquran adalah terwujudnya sebuah sistem politik. Cita-cita politik ini tersimpul dalam ungkapan “baldatun thayibatun warabbun ghafur”, yang mengandung konsep negeri sejahtera dan sentosa. Cita-cita ini merupakan ideologi Islami karena ia merupakan nilai-nilai yang diharapkan terwujud, sehingga dengan begitu diperoleh sarana dan wahana untuk aktualisasi kodrat manusia sebagai khalifah dalam membangun kemakmuran.
Pemikiran Ali Ashgar terkenal dengan nama teologi pembebasan. Engineer sendiri memiliki empat langkah dalam menjabarkan teologi pembebasannya: 1) Memulai dengan melihat kehidupan manusia di dunia dan akhirat, 2) Anti status quo yang melindungi golongan kaya (the haves) daripada golongan miskin (the haves not), baik agama maupun politik, dan 3) Teologi pembebasan memainkan peran penting dalam membela kelompok-kelompok tertindas dan membangun gerakan untuk melawan penindasan tersebut. 4) Teologi pembebasan tidak hanya mengakui satu konsep metafisika tentang takdir dalam rentang sejarah umat Islam, namun mengakui bahwa manusia bebas menentukan nasibnya sendiri.[5]
Cara pandang Islam tentang masyarakat politik yaitu bahwa manusia selaku makhluk Tuhan adaIah sama. Setiap manusia, tanpa memandang warna kulit, ras dan sukunya memiliki hak-hak politik. Asghar Ali Engineer menganggap bahwa politik semestinya tidak mengizinkan upaya-upaya yang hendak memapankan ketidakadilan dan kekuasaan tiranik yang juga adalah suatu kedzaliman. Alquran mengutuk keras sega1a bentuk kedzaliman, seperti dinyatakan; "Betapa banyak kota yang dihancurkan karena penduduknya sangat dzalim"(Qs. 22: 45).[6]
Tujuan teologis tersebut mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa semua manusia itu sama, tidak peduli suku, bangsa, Negara, gender, karena yang pandang berbeda di sisi Allah hanyalah kadar ketaqwaannya. Ini berarti eksploitasi, penjajahan, penindasan antar manusia sangat ditentang dalam Islam. Dan keadilan sosial merupakan cita-cita Islam yang harus diwujudkan. Lebih spesifik, Islam memerintahkan umatnya untuk membebaskan manusia dari ketertindasan, baik secara sosial, politik maupun ekonomi.[7]Esensi keadilan sosial sendiri memang merunut pada bunyi Qur’an maupun Hadits yang menganjurkan untuk saling berbagi dan saling berderma demi mengurangi kesenjangan sosial maupun sebagai upaya pembersihan harta yang dinilai masih kurang bersih.
Sistem politik Islam lebih menekankan pada tiga nilai mendasar yakni: 1) egalitarianisme; 2) keadilan sosial, dan 3) kebersamaan. Adapun dalam penekanan egalitarianisme yakni mendasarkan pemikiran kepada pemahaman bahwa manusia sendiri dilahirkan pada semangat dan derajat yang sama. Artinya bahwa manusia diciptakan setara dan seimbang dan menekankan pada proses tasamuḥ (toleransi).[8] Egalitarianisme artinya  kesetaraan, persamaan derajat. Dalam hal kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai bidang yang sama dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan pendidikan, untuk mengadakan kontrak perkawinan dan perceraian, untuk mengatur harta miliknya keduanya bebas memilih profesi dan gaya hidup dan setara dalam hal kebebasan.







.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Asghar Ali Engineer (selanjutnya disebut Asghar Ali) dilahirkan dalam lingkungan keluarga ulama ortodoks Bohro pada tanggal 10 Maret 1939 di Sulumber, Rajastan (dekat Udaipur) India.  Dari kecil ali asghar mendapat pendidikan agama dari ayahnya.
Disamping pendidikan agama, dia juga memperoleh pendidikan sekuler (umum). Dia meraih gelar insinyur di perusahaan Municipal Bombay. Dia mulai memainkan peranan sebagai pemimpin dalam pembaharuan dari tahun 1972. Dia menulis beberapa artikel tentang gerakan reformasi pada tujuh belas surat kabar papan atas di India. Kemudian sejak itu Asghar Ali Engineer terkenal. Dia juga terkenal sebagai sarjana terkemuka dalam Islam dan diundang untuk konferensi-konferensi internasional tentang Islam oleh berbagai pemerintahan dan Universitas. Asghar Ali Engineer menganggap bahwa politik semestinya tidak mengizinkan upaya-upaya yang hendak memapankan ketidakadilan dan kekuasaan tiranik yang juga adalah suatu kedzaliman.
B.     Saran
Bagi Pembaca pada umumnya, dengan mempelajari pengertian dan ruang lingkup studi agama seyogyanya dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca dan bagi Mahasiswa sebagai calon pendidik PAI sudah seharusnya belajar dan paham berbagai pengertian dan ruang lingkup studi agama.




DAFTAR PUSTAKA

Agus Nuryanto, 2001, Islam, Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender: Studi atas Pemikiran Asghar AlEngineeri, Yogyakarta:UII Press.
Departemen P dan K, 1995,Kamus Besar Indonesia, cet. 8, Jakarta: Balai Pustaka.
Hamlan, 2014,Teologi Pembebasan (Asghar Ali Engineer),  Jurnal HIKMAH, Vol. VIII, No. 01.
M. Mukhtasar, 2000, Teologi Pembebasan Menurut Asghar Ali Engineer; Makna dan Relevansinya dalam Konteks Pluralitas Agama di Asia, Jurnal Filsafaf, Seri ke-31.
Muhaemin Latif, 2017, Teologi pembebasan dalam Islam: Asghar Ali Engineer, cet. 1, Tangerang: Orbit Publishing.
Muhamad Mustaqim, 2015, Paradigma Islam Kritis (Studi Pemikiran Teologi Pembebasan Ali Asghar dan Kiri Islam Hasan Hanafi), FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Vol. 3, No. 2.
Tim Penyusun Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU Medan, Kompilasi Makalah Pemikiran Modern dalam Islam, (buku tidak diterbitkan).
Wasisto Raharjo Jati, 2014, Agama dan Politik: Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profetisasi Agama, Jurnal Walisongo, Vol. 22, No. 1.




[1]Agus Nuryanto, 2001, Islam, Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender: Studi atas Pemikiran Asghar AlEngineeri, Yogyakarta:UII Press, h. 7.
[2]Tim Penyusun Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU Medan, Kompilasi Makalah Pemikiran Modern dalam Islam, (buku tidak diterbitkan), h. 12.
[3]Hamlan, 2014,Teologi Pembebasan (Asghar Ali Engineer),  Jurnal HIKMAH, Vol. VIII, No. 01, h. 66.
[4]Departemen P dan K, 1995,Kamus Besar Indonesia, cet. 8, Jakarta: Balai Pustaka, h. 694.
[5]Muhaemin Latif, 2017, Teologi pembebasan dalam Islam: Asghar Ali Engineer, cet. 1, Tangerang: Orbit Publishing, h. 15.
[6]M. Mukhtasar, 2000, teologi pembebasan menurut asghar ali engineer; makna dan relevansinya dalam konteks pluralitas agama di asia, jurnal filsafaf, seri ke-31, h. 262.
[7]Muhamad Mustaqim, 2015, Paradigma Islam Kritis (Studi Pemikiran Teologi Pembebasan Ali Asghar dan Kiri Islam Hasan Hanafi), FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Vol. 3, No. 2, h. 311.
[8]Wasisto Raharjo Jati, 2014, Agama dan Politik: Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profetisasi Agama, Jurnal Walisongo, Vol. 22, No. 1, h. 150.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...