MANAJEMEN
INSYA ALLAH
Seorang muslim
adalah orang yang telah menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada Allah SWT,
sebagaimana yang senantiasa ia ikrarkan pada permulaan setiap kali ia
mendirikan shalat:
“Aku hadapkan wajahku kehadirat
Sang Pencipta langit dan bumi sepenuh ketundukan dan kepasrahan diri, dan
bukanlah aku dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah Sang Penguasa semesta alam.
Tiada sekutu apa pun bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan sedangkan aku
termasuk dari orang-orang muslim.”
Manajemen
dalam bahasa Arab disebut idarah,
diambil dari kata ‘adarta bihi (kamu
menggunakannya sebagai alat untuk memutar sesuatu), kata idarah (manajemen) itu suatu aktivitas khusus yang menyangkut kepemimpinan,
pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap
pekerjaan.
Manajemen
merupakan hal terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, yaitu dengan
mendidik sumber daya manusianya agar terampil, cakap, berdisiplin, tekun,
kreatif, idealis, mau bekerja keras, kuat fisik/mental, setia kepada cita-cita
dan tujuan organisas yang menghasilkan kepada keberhasilan dan kemajuan
organisasi.
Dan Insya
Allah dalam konteks agama berarti jalan menuju kehidupan yang benar dan baik.
Menurut Syari’ah tidak hanya itu, tetapi sebagai jalan yang ditunjukkan oleh
Allah melalui Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Selain itu, Insya Allah adalah
suatu bagian dari sistem Islam yang komprehensif sebagai way of life dimana Islam tidak saja mengatur hubungan manusia
dengan Allah akan tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan manusia
yang disebut dengan muamalah.
Sungguh agung
makna kata “insya Allah” itu. Di dalamnya dikandung empat makna; pertama,
manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah. Kedua,
menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai. Ketiga,
menunjukkan ketawaduan (keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu) di hadapan
manusia dan Allah SWT. Keempat,
bermakna optimisme akan hari esok yang lebih baik.
Segala sesuatu
yang menyangkut nanti atau esok, tergolong dalam pengertian masa yang akan
datang. Selama berkaitan dengan masalah yang akan datang tidak bisa memastikan,
kecuali apabila dikehendaki Allah. Sebagaimana firmannya dalam surah Al-Kahfi
ayat 23-24 yang artinya: “Dan
jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu ‘Sesungguhnya aku akan
mengerjakan itu besok pagi’, kecuali dengan menyebut ‘Insya Allah’.”
Manusia hanya
bisa merencanakan namun Allah lah yang menentukan rencana tersebut. Karena
rencana manusia terkadang selalu berubah sedangkan Allah punya rencana lain
terhadap rencana yang relah dipersiapkan. Rencana berarti mempersiapkan diri,
baik secara lahir maupun batin untuk melakukan suatu kegiatan ataupun tindakan
untuk kepentingan orang banyak. Sedangkan perencanaan adalah langkah nyata yang
pertama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Langkah tersebut memuat tindakan
yang harus diambil dan perangkat yang harus dimiliki. Paling tidak mengandung unsur:
Pertama,
tujuan yang ingin dicapai. Kedua,
kegiatan yang akan dilaksanakan. Ketiga, orang yang akan melaksanakannya. Keempat,
perangkat yang dibutuhkan. Dan kelima,
orang yang akan mengawasi pelaksanaannya.
Menurut Didin
dan Hendri, manajemen bisa dikatakan memenuhi insya Allah apabila: Pertama,
manajemen ini mementingkan perilakunyang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Kedua,
manajemen insya Allah pun mementingkan adanya struktur organisasi. Ketiga,
manajemen insya Allah membahas soal system agar perilaku di dalamnya berjalan
dengan baik.
Manajemen
Islami (Insya Allah) berpijak pada aqidah Islam. Karena aqidah Islam merupakan
dasar ilmu pengetahuan atau tsaqofah Islam. dalam ranah aktivitas, Islam
memandang keberadaan manajemen sebagai suatu kebutuhan yang tak terelakkan
dalam memudahkan implementasi Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Peran manajemen insya Allah adalah pada cara pandang dalam
implementasi manajemen. Dimana standar yang diambil dalam setiap fungsi
manajemen yang terikat dengan hukum-hukum syara’ (syariat Islam). baik itu perencanaan, pengorganisasian,
pengontrolan, dan evaluasi. Pada akhirnya manusia diperintahkan membuat rencana
sebebas bebasnya, sedangkan keberhasilan dari rencana tersebut merupakan
kehendak Allah SWT.
Kalimat insya
Allah sebuah kalimat yang kaya dengan kandungan tauhid dan cerminan akan
kepasrahan seorang hamba kepada Tuhannya. Keagungan maknaya pernah membuat
manusia semulia Nabi Muhammad SAW ditegur karena meninggalkannya. Insya Allah
bukan kalimat yang terucap oleh lisan namun juga identitas bagi yang beragama
Islam.
Sumber : Asep
Effendi, Vip Paramarta dan Memi Sulaksmi, Manajemen Insya Allah, Cet. 1,
Jakarta: Amzah, 2018.