Senin, 11 Februari 2019


KARAKTERISTIK SUMBER DAYA MANUSIA MENURUT MANAJEMEN INSYA ALLAH

Dalam kajian sumber daya insane, manusia sebagai sumber daya penggerak suatu proses produksi, harus memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang diilhami dari shifatul anbiyaa’ atau sifat-sifat para nabi. Sifat-sifat tersebut yakni: shiddiq (benar), itqan (profesional), fathanah (cerdas), amanah (jujur/terpercaya), dan tabligh (transparan).
Dalam manajemen sumber daya manusia Insya Allah terdapat tiga pembahasan menurut K.H. Didin Hafiduddin. Pertama, perilaku sumber daya manusia Insya Allah dalam suatu organisasi haruslah memiliki nilai-nilai ketauhidan dan keimanan, karena dengan memiliki itu ia akan merasakan kenyamanan dalam melakukan sesuatu, dan merasakan bahwa seolah-olah Allah itu dekat dengannya serta selalu mengawasinya  dalam melakukan segala sesuatu.
Kedua, struktur organisasi, di dalam manajemen sumber daya manusia Insya Allah struktur organisasi sangatlah diperlukan untuk membuat perencanaan sehingga mampu mempermudah dan mengakomodasi lebih banyak kontribusi positif bagi organisasi ketimbang hanya untuk mengendalikan performa/kinerja yang menyimpang. Serta lebih menjamin fleksibilitas, baik di dalam maupun antarposisi yang saling berinteraksi. Dan Ketiga, sistem Insya Allah yang disusun harus menjadikan perilakunya berjalan dengan baik. Yaitu dengan pelaksanaan system kehidupan secara konsisten dalam semua kegiatan yang akhirnya akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik.
Manajemen sumber daya manusia Insya Allah yang baik adalah manajemen yang mengetahui tentang SDM, dan selalu melakukan sesuatu perencanaan itu berdasarkan dengan syariat Islam serta menjadikan SDM-nya sebagai SDM yang memiliki wawasan yang luas dan selalu tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku baik hukum pemerintah maupun hukum agama.
Point utama dalam pembinaan SDM yakni memiliki kepribadian melalui pola pikir dan pola sikap yang Islami serta profesional, yaitu kafa’ah, himmatul a’mal (beretos kerja tinggi) serta amanah.
Sumber : Asep Effendi, Vip Paramarta dan Memi Sulaksmi, Manajemen Insya Allah, Cet. 1, Jakarta: Amzah, 2018.



MANAJEMEN INSYA ALLAH

Seorang muslim adalah orang yang telah menyerahkan seluruh jiwa raganya kepada Allah SWT, sebagaimana yang senantiasa ia ikrarkan pada permulaan setiap kali ia mendirikan shalat:
“Aku hadapkan wajahku kehadirat Sang Pencipta langit dan bumi sepenuh ketundukan dan kepasrahan diri, dan bukanlah aku dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah Sang Penguasa semesta alam. Tiada sekutu apa pun bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan sedangkan aku termasuk dari orang-orang muslim.”
Manajemen dalam bahasa Arab disebut idarah, diambil dari kata ‘adarta bihi (kamu menggunakannya sebagai alat untuk memutar sesuatu), kata idarah (manajemen) itu suatu aktivitas khusus yang menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan.
Manajemen merupakan hal terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, yaitu dengan mendidik sumber daya manusianya agar terampil, cakap, berdisiplin, tekun, kreatif, idealis, mau bekerja keras, kuat fisik/mental, setia kepada cita-cita dan tujuan organisas yang menghasilkan kepada keberhasilan dan kemajuan organisasi.
Dan Insya Allah dalam konteks agama berarti jalan menuju kehidupan yang benar dan baik. Menurut Syari’ah tidak hanya itu, tetapi sebagai jalan yang ditunjukkan oleh Allah melalui Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Selain itu, Insya Allah adalah suatu bagian dari sistem Islam yang komprehensif sebagai way of life dimana Islam tidak saja mengatur hubungan manusia dengan Allah akan tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan manusia yang disebut dengan muamalah.
Sungguh agung makna kata “insya Allah” itu. Di dalamnya dikandung empat makna; pertama, manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah. Kedua, menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai. Ketiga, menunjukkan ketawaduan (keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu) di hadapan manusia dan Allah SWT. Keempat, bermakna optimisme akan hari esok yang lebih baik.
Segala sesuatu yang menyangkut nanti atau esok, tergolong dalam pengertian masa yang akan datang. Selama berkaitan dengan masalah yang akan datang tidak bisa memastikan, kecuali apabila dikehendaki Allah. Sebagaimana firmannya dalam surah Al-Kahfi ayat 23-24 yang artinya: “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali dengan menyebut ‘Insya Allah’.”
Manusia hanya bisa merencanakan namun Allah lah yang menentukan rencana tersebut. Karena rencana manusia terkadang selalu berubah sedangkan Allah punya rencana lain terhadap rencana yang relah dipersiapkan. Rencana berarti mempersiapkan diri, baik secara lahir maupun batin untuk melakukan suatu kegiatan ataupun tindakan untuk kepentingan orang banyak. Sedangkan perencanaan adalah langkah nyata yang pertama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Langkah tersebut memuat tindakan yang harus diambil dan perangkat yang harus dimiliki. Paling tidak mengandung unsur: Pertama, tujuan yang ingin dicapai. Kedua, kegiatan yang akan dilaksanakan. Ketiga,  orang yang akan melaksanakannya. Keempat, perangkat yang dibutuhkan. Dan kelima, orang yang akan mengawasi pelaksanaannya.
Menurut Didin dan Hendri, manajemen bisa dikatakan memenuhi insya Allah apabila: Pertama, manajemen ini mementingkan perilakunyang terkait dengan  nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Kedua, manajemen insya Allah pun mementingkan adanya struktur organisasi. Ketiga, manajemen insya Allah membahas soal system agar perilaku di dalamnya berjalan dengan baik.
Manajemen Islami (Insya Allah) berpijak pada aqidah Islam. Karena aqidah Islam merupakan dasar ilmu pengetahuan atau tsaqofah Islam. dalam ranah aktivitas, Islam memandang keberadaan manajemen sebagai suatu kebutuhan yang tak terelakkan dalam memudahkan implementasi Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Peran manajemen insya Allah adalah pada cara pandang dalam implementasi manajemen. Dimana standar yang diambil dalam setiap fungsi manajemen yang terikat dengan hukum-hukum syara’ (syariat Islam).  baik itu perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan evaluasi. Pada akhirnya manusia diperintahkan membuat rencana sebebas bebasnya, sedangkan keberhasilan dari rencana tersebut merupakan kehendak Allah SWT.
Kalimat insya Allah sebuah kalimat yang kaya dengan kandungan tauhid dan cerminan akan kepasrahan seorang hamba kepada Tuhannya. Keagungan maknaya pernah membuat manusia semulia Nabi Muhammad SAW ditegur karena meninggalkannya. Insya Allah bukan kalimat yang terucap oleh lisan namun juga identitas bagi yang beragama Islam.
Sumber : Asep Effendi, Vip Paramarta dan Memi Sulaksmi, Manajemen Insya Allah, Cet. 1, Jakarta: Amzah, 2018.

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...