A.
Pandangan Islam tentang Tanggung
Jawab Pendidik dan Peserta Didik
1.
Tanggung Jawab Pendidik
Pendidik
adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, yaitu
pribadi susila yang cakap, yang ada pada setiap anak didik. Tidak ada seorang guru
yang mengharapkan anak didiknya menjadi seorang tokoh sampah masyarakat. Untuk
itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas tinggi berusaha membimbing dan
membina anak didik agar di masa mendatang dapat berguna bagi nusa dan bangsa
serta agama.
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang
sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Disamping itu
pendidik juga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar
mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara
baik dan dinamis. Dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakikatnya
mengemban misi rahmat li al-‘amin,[1]
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqqarrub kepada Allah. Dalam hal pendidikan Islam ini al-Ghazali mewajibkan kepada
para pendidik Islam harus memiliki adab yang baik, karena anak-anak didiknya
selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya. Dan hal ini
harus diinsafi oleh pendidik.[2] Sejalan dengan ini Abd. Al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas
pendidik. Pertama, penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan
pengembang fitrah manusia. Kedua fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan
dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai- nilai agama kepada manusia.
Berangkat dari uraian diatas maka tanggung jawab pendidik
sebagaimana disebut oleh Abd. Al-Rahman al- Nahlawi adalah mendidik individu
supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan Syariatnya, mendidik diri supaya
beramal sholeh, mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan
kebenaran, saling menasehati dan tabah dal menghadapi kesusahan, beribadah
kepada Allah serta menegakkan kebenaran. Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas
tanggung jawab moral, seorang pendidik terhdap anak didik akan tetapi lebih
jauh dari itu. Pendidikan akan mempertanggungjawabkan atas segala tugas yang
dilaksanakannya kepada Allah sebagai mana hadist Rasul : Artinya: dari
Ibnu Umar r.a berkata: “Rasulullah SAW
besabda: masing- masing kamu adalah pengembala dan masin- masing bertanggung
jawab atas gembalanya: pemimpin adalah pengembala, suami adalah pengembala
terhadap anggota keluarganya, dan istri adalah pengembala di tengah- tengah
rumah tangga suamin dan terhadap anaknya. Setiap orang di antara kalian adalah
pengembala dan masing masing bertanggung jawab atas yang di gembalanya.” (H.R
Bukhari Muslim).
2.
Tanggung Jawab Peserta Didik
Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggungjawab pada diri
masing-masing. Tanggungjawab siswa sebagai pelajar adalah belajar dengan
baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam
menjalani tata tertib sekolah. Artinya setiap siswa wajib dan mutlak
melaksanakan tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali.
Sejalan dengan prinsip bahwa
menuntut ilmu pengetahuan sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah,
maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut: a) Memuliakan guru dan
bersikap rendah hati atau tidak takabbur. 2) Merasa satu bangunan dengan murid
lainnya sehingga merupakan satu bangunan yang saling menyayangi dan menolong
serta berkasih sayang, 3) Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang
dapat menimbulkan kekacauan dam pikiran, 4) Mempelajari tidak hanya satu jenis
ilmu yang bermanfaat saja, melainkan mempelajari berbagai ilmu dan berupaya
sungguh-sungguh sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut.
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik
itu bersatu. Mereka dalam satu jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh
terpisah, tetapi mereka tetap satu sebagai “Dwi Tunggal” yang kokoh bersatu.
Posisi merekan boleh berbeda, tetapi tetap seiring setujuan, bukan seiring
tetapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa pendidik dan peserta didik tidak dapat
dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu.
B.
Konsep Pendidikan Ideal menurut
Islam
Pendidikan Islam ideal adalah membentuk manusia yang
bertaqwa kepada Allah SWT, mampu menggunakan logikanya secara baik,
berinteraksi sosial dengan baik dan bertanggung jawab. Dengan kata
lain, pendidikan Islam ideal adalah membina potensi spiritual,
emosional dan intelegensia secara optimal.
Aktifitas pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya
dalam mewujudkan spirit Islam, yaitu suatu upaya dalam merealisasikan semangat
hidup yang dijiwai oleh nilai Islami. Selanjutnya spirit tersebut digunakan
sebagai pedoman hidup. Rumusan konsep pendidikan Islam sebagai berikut :
1. Pendidikan dalam konsepsi ajaran
Islam merupakan manifestasi dari tugas kekhalifahan ummat manusia di muka bumi.
Manifestasi ini akan bermakna fungsional jika seluruh fenomena kehidupan
yang muncul dapat di beri batasan-batasan nilai moralitasnya, sehingga
tugas kekhalifahan itu tidak justru berada di luar lingkar nilai-nilai itu. Dan
konsekuensinya, mengisyaratkan kepada manusia agar dalam proses pendidikannya
selalu cenderung pada ajaran-ajaran pokok dari sang Pendidik yang paling utama
dan pertama, yaitu Allah sebagai rabb al-‘alamiin dan
sekaligus sebagai rab an-naas.
2. Pendidikan Islam memahami alam dan
manusia sebagai totalitas ciptaan Allah, sebagai satu kesatuan, di mana manusia
yang diberi otoritas relatif untuk mendayagunakan alam, tidak
bisa terlepas dari sifat ar-rahman dan ar-rahim Allah
yang termasuk sifat ke-rubbubiyyahan-Nya. Oleh karena itu pendidikan
sebagai bagian pokok dari aktifitas pembinaan hidup manusia harus mampu
mengembangkan rasa kepatuhan dan rasa syukur yang mendalam kepada Khaliq-nya.
Sehingga beban tanggungjawab manusia tidak ditujukan kepada selain Allah.
Inilah sebenarnya makna tauhid yang mendasari segala aspek
pendidikan Islam.
3. Atas dasar ketauhidan tersebut,
pendidikan Islam haruslah mendasarkan orientasinya pada penyucian jiwa,
sehingga setiap diri manusia mampu meningkatkan dirinya dari tingkatan iman ke
tingkatan ikhsan yang mendasari seluruh kerja kemanusiaannya (amal sholeh).
Dari orientasi pendidikan Islam ini, maka asas pendidikan
Islam tidak lain adalah berupaya mengefektifkan aplikasi-aplikasi nilai-nilai
agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara utuh
kepada manusia, masyarakat, dan dunia pada umunya.[3]Konsep
Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun adalah sebagai berikut:
1. Tujuan, Ibnu Kaldun berpendapat
bahwa tujuan merupakan paling utama dan pertama dimana tujuan pendidikan harus berorientasi
pada dunia dan akhirat.[4]
2. Metode Pengajaran, menurut Ibnu
Kaldun harus berjalan sesuai dengan tahapan perkembangan manusia. Metode
mengajar Ibnu Kaldun lebih menekankan pentingnya bimbingan dan pembiasaan.
3. Kurikulum Pendidikan, Ibnu Kaldun
dalam menyajikan kurikulumnya sangat pragmatis.
Bagian alquran dijadikan dasar dari semua isi pelajaran bahkan sumber
dari pelajaran. Ibnu Kaldun sangat menganjurkan al-quran dan hadis dijadikan
sumber dari semua pelajaran terutama dari tingkat awal. Kurikulum pendidikannya
terbagi dua tingkatan yakni tingkat awal dan atas.
[1]Asma Hasan Sulaiman, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta : Bulan Bintang, 1979, h. 165.
[2]Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam,cet. 2,
Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h. 170.
[3]Syamsul Arifin, dkk. Spiritualitas
Islam dan Peradaban Masa Depan, Yogyakarta: Si Press, 1996, h.
166.
[4]Lisnawati,
Konsep Ideal Pendidikan Islam Menurut
Pandangan Ibnu Kaldun dan Hubungannya dalam Konteks Pendidikan Modern,
Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang, Vol.1, No. 1, 2017, 62.