KEDUDUKAN DAN TUJUAN TASAWUF DALAM
ISLAM
MAKALAH
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Akhlak
Di Susun Oleh:
Kelompok 6
Septi Andriani
Siti Aisyah
Siti Khotijah
Dosen Pembimbing: Saerozi, M.Pd.I
Semester:
VI D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NURUL HIDAYAH SELATPANJANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang
tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam
yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat sunnat. Maka Ulama Tasawuf
sering menamakan ajarannya dengan istilah “Fadailu al-A’mal” (amalan-amalan
yang hukumnya lebih afdal), tentu saja maksudnya amalan sunnat yang utama.
Memang harus diakui bahwa tidak ada
satupun ayat atau Hadith yang memuat kata Tasawuf atau Sufi, karena istilah ini
baru timbul ketika Ulama Tasawuf berusaha membukukan ajaran itu, dengan bentuk
ilmu yang dapat dibaca oleh orang lain. Upaya Ulama Tasawuf memperkenalkan
ajarannya lewat kitab-kitab yang telah dikarangnya sejak abad ketiga Hijriyah,
dengan metode peribadatan dan istilah-istilah (simbol Tasawuf) yang telah
diperoleh dari pengalaman batinnya, yang memang metode dan istilah itu tidak
didapatkan teksnya dalam Al-Qur’an dan Hadith. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang pengertian, kedudukan dan tujuan tasawuf dalam Islam.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1) Apa pengertian tasawuf?
2) Bagaimana kedudukan tasawuf dalam Islam?
3) Apa
saja tujuan tasawuf dalam Islam?
C.
Tujuan
Adapun
tujuannya sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui
apa pengertian
tasawuf.
2) Untuk mengetahui bagaimana kedudukan tasawuf dalam Islam.
3) Untuk mengetahui
apa saja tujuan tasawuf dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Secara etimologi, kata tasawuf berasal dan bahasa
Arab, yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari
mana asal-usulnya. Ada yang mengatakan dari kata Shuf (bulu domba), shaff
(barisan), shafa’ ( jernih), dan shuffah (serambi Masjid Nabawi yang ditempati oleh sebagian sahabat
Rasulullah SAW). Ada yang menisbahkan
tasawuf berasal dari Bahasa Yunani, yaitu shopos.
Istilah ini disamakan maknanya dengan kata hikmah yang berarti kebijaksanaan.[1] Dari segi kebahasaan, tasawuf menggambarkan keadaan
yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah,
berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan
yang lebih mulia.
Berkenaan dengan pengertian tasawuf tersebut, berikut
ini pendapat Kyai Achmad.
“Tasawuf adalah pengetahuan tentang semua bentuk
tingkah laku jiwa manusia, baik yang terpuji maupun tercela; kemudian,
bagaimana membersihkannya dari yang tercela itu dan menghiasinya dengan yang
terpuji, bagaimana menempuh jalan kepada Allah dan berlari secepatnya menuju
pada Allah.” [2]
Menurut Kyai Achmad, secara substansial tasawuf
mengandung dua ajaran penting. Pertama,
tasawuf mengajarkan cara pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela/merusak dan
mengisi atau menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, sehingga menimbulkan
pengaruh-pengaruh positif pada jiwa seseorang. Kedua, tasawuf mengajarkan cara/jalan yang ditempuh untuk
menjadikan jiwa tersebut bisa sampai kepada Allah secepat mungkin. Dengan kata
lain, tasawuf sebenarnya mengajarkan tentang materi dan cara memempuhnya.[3]
Menurut Syaikh Islam Zakaria Al-Anshari: “Tasawuf ialah
ilmu yang menerangkan cara-cara mensuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak, dan
membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.”
Menurut H. M. Amin Syukur: “Tasawuf ialah system latihan dengan kesungguhan
untuk mebersihkan, mempertinggi dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya
tertuju kepada-Nya.”
Jadi, dapat disimpulakan bahwa tasawuf ialah usaha
melatih jiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, yang dapat membebaskan
manusia dari pengaruh kehidupan duniawi untuk bertaqarrub kepada Tuhan sehingga
jiwanya memjadi bersih, mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupannya, dan
menemukan kebahagiaan spiritualitas.[4]
B.
Kedudukan
Tasawuf dalam Islam
Setiap agama memiliki potensi untuk melahirkan bentuk keagamaan yang
bersifat mistik. Dalam Islam, keagamaan yang bersifat mistik itu dikenal dengan
nama tasawuf. Kaum orientalis menyebutnya sufisme. Dengan tasawuf, rasa kasih
dan sayang akan selalu bersemi. Hal itu dikarenakan tasawuf merupakan elemen
yang tidak mengabaikan hati.
Adapun kedudukan tasawuf dalam ajaran Islam
adalah sebuah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam itu sendiri.
Karena memang dasar rujukan dalam tasawuf adalah al-Qur’an, al-Sunnah dan
al-Atsar (peninggalan) para ulama terpercaya. Meskipun terdapat
beberapa pendapat yang mengatakan bahwa hal itu tidak termasuk bagian integral dari ajaran
Islam, dengan mengemukakan argumentasi sebagai berikut: 1) Tidak terdapat satupun kata Tasawuf
dan Sufi dalam Al-Qur’an maupun Hadith. 2) Banyak istilah Tasawuf yang sering
digunakan oleh Sufi, tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan Hadith. 3) Timbulnya istilah Tasawuf dan Sufi beserta dengan
ajarannya, baru dikenal pada abad ketiga Hijriyah dan 4) Ajaran Tasawuf yang diamalkan oleh orang Islam, mirip dengan
ajaran Mistik yang telah diamalkan oleh umat terdahulu.
Terlepas dari itu, Intisari dari sufisme adalah kesadaran akan adanya
komunikasi rohaniah antara manusia dan Tuhan. Bahkan dalam sejarah perkembangan
Islam secara menyeluruh, tasawuflah yang paling banyak merebut perhatian dan
hati masyarakat. Kajian-kajian tasawuf tidak lain adalah mementingkan aktivitas
untuk kebersihan batin dan kesucian jiwa, mementingkan aktivitas untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub) dan sampai kepada-Nya. Dengan
demikian, seluruh dimensi hidup dipenuhi dengan keadaan jiwa yang selalu
berdzikir mulai dari lisan, anggota tubuh, peredaran darah, pikiran
(akal/rasio), dan perasaan (hati serta keseluruhan aspek kejiwaan). Inilah yang
membuat hidup seseorang selalu istiqamah, stabil, penuh dengan motivasi dan
optimis.
Secara Hierarki dan
kedudukannya dalam ilmu – ilmu islam, tasawuf berada pada tingkatan pembentukan
akhlak dan karakter manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf
adalah aspek ajaran Islam yang paling penting karena peranan tasawuf merupakan
jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran – ajaran Islam. Tasawuf inilah yang
merupakan kunci kesempurnaan amaliah ajaran Islam. Memang, di samping aspek
tasawuf dalam Islam ada aspek lain,
yaitu akidah dansyariah. Dengan kata lain, yang di maksud ad –
din (agama) terdiri atas Islam, iman, dan ihsan, dan ketiga aspek tersebut
merupakan satu kesatuan.[5]
Jadi kedudukan tasawuf dalam syari`at
Islam. Pertama, sebagai metode atau jalan
untuk mendapatkan kelezatan dalam beribadah, karena tasawuf dipandang sebagai
salah satu metode untuk mendapatkan hal tersebut, sehingga kelezatan ibadah
tidak akan didapat apabila orang-orang muslim tidak bertasawuf. Kedua, sebagai metode untuk mencapai
derajat ihsan, karena tasawuf mempunyai sumber dan landasan yang kokoh, kuat
dari ajaran Islam. Ketiga, tasawuf sebagai sarana
memperkuat mental, ketabahan dalam beribadah. Keempat, tasawuf sebagai landasan dalam
mengaplikasikan rasa syukur baik syukur secara lisan, tingkah laku atau
kemantapan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan Allah. Dan Kelima, tasawuf sebagai ruang untuk
menilai dan mempelajari serta menelaah kelemahan diri didalam melaksanakan
kewajiban atau perbuatan baik dan kesukaran dalam menjauhi serta meninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Islam.[6]
C.
Tujuan
Tasawuf dalam Islam
Ada beberapa tujuan dari tasawuf. Menurut A. rivay Siregar, secara umum
tujuan terpenting dari sufi adalah berada sedekat mungkin dengan Allah. Akan
tetapi, apabila memperhatikan karakteristik tasawuf secara umum terlihat adanya
tiga sasaran “antara” dari tasawuf, yaitu sebagai berikut. Pertama, tasawuf yang bertujuan pembinaan aspek moral. Aspek ini
meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan
pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten kepada keluhuran moral. Kedua, tasawuf yang bertujuan
ma’rifatullah melalui penyimpakapan langsung. Ketiga, tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana sistem pengenalan
dan pendekatan diri kepada Allah.[7]
Tujuan akhir dari sufisme adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada
kehendak mutlak Tuhan, karena dialah penggerak utama dari semua kejadian di ala
mini dan penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari
sifat-sifat buruk yang berkenaan dengan kehidupan duniawi serta pemusatan diri
pada perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali dia. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa ilmu tasawuf merupakan tuntunan yang dapat
menyampaikan manusia mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf ialah usaha melatih jiwa
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, yang dapat membebaskan manusia dari
pengaruh kehidupan duniawi untuk bertaqarrub kepada Tuhan sehingga jiwanya
memjadi bersih, mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupannya, dan menemukan
kebahagiaan spiritualitas.
Setiap agama memiliki potensi untuk melahirkan
bentuk keagamaan yang bersifat mistik. Dalam Islam, keagamaan yang bersifat
mistik itu dikenal dengan nama tasawuf. Kaum orientalis menyebutnya sufisme.
Kajian-kajian tasawuf tidak lain adalah mementingkan aktivitas untuk kebersihan
batin dan kesucian jiwa, mementingkan aktivitas untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT (taqarrub) dan sampai kepada-Nya.
Tujuan akhir dari sufisme
adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan, karena dialah
penggerak utama dari semua kejadian di ala mini dan penanggalan secara total
semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat buruk yang berkenaan
dengan kehidupan duniawi serta pemusatan diri pada perenungan terhadap Tuhan
semata, tiada yang dicari kecuali dia.
B. Saran
Kami mengharabkan kepada pembaca untuk lebih mempelajari secara
mendalam tentang kedudukan dan tujuan tasawuf dalam islam, karena kami merasa
makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna. Untuk itu kami sebagai pemapar
makalah sangat mengharabkap kritikan atau saran dari kawan-kawan demi
membaiknya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud, 2001, Tasawuf
di Dunia Islam, Bandung:
Pustaka Setia.
Achmad
Siddiq, 1999, Menghidupkan Ruh
Pemikiran, Jakarta.
Samsul Munir Amin, 2017, Ilmu Tasawuf, ed. 1, cet. 4, Jakarta: Amzah.
Syamsun Ni’am, 2008, The Wisdon of K.H. Achmad Siddiq: Membumkan Tasawuf, Jakarta:
Erlangga.
http://nurhayatiyaya.blogspot.com/.
[1]Samsul
Munir Amin, 2017, Ilmu Tasawuf, ed.
1, cet. 4, Jakarta: Amzah, h. 3.
[2]Syamsun
Ni’am, 2008, The Wisdon of K.H. Achmad
Siddiq: Membumkan Tasawuf, Jakarta: Erlangga, h. 104.