Kamis, 31 Januari 2019

METODE PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS



METODE PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Fiqih Di Madrasah






Di Susun Oleh:
Siti Aisyah
Dosen Pembimbing: Saerozi, M.Pd.I
Semester: V D



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NURUL HIDAYAH SELATPANJANG
2019




 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran pada hakikatnya terkait dengan bagaimana membangun interaksi yang baik antara dua komponen yaitu guru dan anak didik. Interaksi yang baik dapat digambarkan dengan suatu keadaan di mana guru dapat membuat anak didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai kebutuhan mereka.
Salah satu bidang studi yang diajarkan di MI, MTs dan MA adalah fiqih. Fiqih secara umum merupakan salah satu bidang studi Islam yang  banyak  membahas tentang  hukum  yang  mengatur  pola  hubungan  manusia  dengan  Tuhannya, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Melalui bidang  studi  fiqih  ini  diharapkan  siswa  tidak  lepas  dari  jangkauan  norma-norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam. Proses  belajar-mengajar  akan  berjalan  dengan  baik  jika metode  yang digunakan  benar-benar  tepat,  karena  antara  pendidikan  dengan metode  saling berkaitan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)             Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran fiqih?
2)             Apa sajakah metode pembelajaran fiqih di MTs?

C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)             Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran fiqih.
2)             Untuk mengetahui apa sajakah metode pembelajaran fiqih di MTs.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Pembelajaran Fiqih
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[1]Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan proses belajar mengajar yang telah ditetapkan.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potesi yang ada di luar diri siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu.[2]
Fiqih bila ditinjau secara harfiah artinya pintar, cerdas dan paham.[3]Fiqih secara bahasa berarti pemahaman atau tahu pemahaman yang mendalam yang membutuhkan pengerahan potensi akal.[4] Sedangkan secara istilah, fiqih merupakan ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ (ilmu yang menerangkan segala hukum syara’) yang berhubungan dengan amaliah yang diusahakan memperolehnya dari dalil-dalil yang jelas.
Jadi, metode pembelajaran fiqih adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
B.     Metode Pembeajaran Fiqih di MTs
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran fiqih di MTs sebagai berikut:
1.      Metode Diskusi
Metode diskusi secara umum sebagai salah satu metode interaksi edukatif  diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksionalnya.[5]
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.
2.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi disebut juga dengan motode pragaan atau praktek. Maksudnya, guru menunjukkan cara mengerjakan sesuatu kemudian siswa menirukannya. Metode demonstrasi ini barang kali lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan dalam wudhu dan sholat yang diterapkan pada siswa. Dengan metode demostrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.
3.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penyampaian materi dengan lisan oleh guru di dalam kelas ataupun di luar kelas, murid diposisikan sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan dan mencatat hal-hal yang penting. Penjelasan materi yang menggunakan metode ceramah hendaknya:
a.       Disertai alasan-alasan logis dari dalil naqli yaitu al-Qur’an dan Sunnah Nabi maupun dalil ‘aqli dari para ahli tentang materi yang disampaikan.
b.      Materi yang disampaikan harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari atau kondisi riil di sekitar siswa (kontekstual). Sehingga siswa merasa apa yang disampaikan gurunya benar-benar berguna untuk diri dan lingkungannya.
c.       Menggunakan media-media pendukung seperti gambar, poster, slide pendukung maupun film yang bisa memotivasi siswa untuk mengamalkan materi yang diajarkan.
d.      Mengkombinasikan dengan metode yang lain seperti tanya jawab, demonstrasi, kisah dan sebagainya. Tujuannya supaya pembelajarannya menarik dan siswa tidak cepat bosan.
4.      Metode Kisah dan ‘Ibrah
Metode kisah maksudnya mengisahkan tentang kehidupan seseorang atau suatu kejadian tertentu kemudian diambil pelajaran atau ibrah dari cerita tersebut. Kisah atau cerita yang disajikan hendaklah yang benar-benar terjadi dan kalau bisa bekas-bekasnya diperlihatkan kepada siswa. Pengambilan ibrah atau intisari pesan yang disimpulkan oleh guru hendaknya dapat mempengaruhi hati siswa sehingga menjadi tunduk dan patuh kepada Allah. Hal ini akan mendorong mereka berperilaku dan bersikap sesuai syariat agama Islam.[6]
Metode ini sangat cocok untuk memberikan gambaran konkrit atau contoh suatu kejadian yang dapat meyakinkan peserta didik tentang pentingnya melakukan ibadah atau mu’amalah sesuai syariat agama Islam. Materi materi kisah ini bisa diambil dari berbagi kisah nyata yang ada dalam buku.
5.      Metode Resource Person (manusia sebagai sumber).
Metode resource person adalah orang luar (bukan guru) memberikan pelajaran kepada siswa. Orang luar itu tentu memiliki keahlian khusus misalnya dokter spesialis, psikiater, kiai, tabib, dan sebagainya. Orang luar itu, bisa dikunjungi ke tempat mereka bekerja (karya wisata) atau diundang ke sekolah (resource visitor). Tujuan metode ini dalam pembelajaran fikih adalah: memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang manfaat dan hikmah dari ibadah, menambah pengalaman dan keyakinan siswa tentang kebenaran dari ibadah atau materi yang diajarkan dan menumbuhkan jiwa senang melakukan ibadah karena sudah memahami maksud Allah mensyariatkan ibadah.[7]
6.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dipakai oleh guru di awal pertemuan untuk memancing perhatian siswa, atau di tengah-tengah penjelasan guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atau di akhir pelajaran untuk mengetahui respon siswa terhadap apa yang sudah disampaikan guru. Metode tanya jawab akan membuat suasana kelas menjadi lebih hidup.
7.      Metode Resitasi atau Pemberian Tugas
Metode resitasi atau pemberian tugas diterapkan saat pembelajaran berlangsung ataupun setelah pembelajaran di kelas usai. Artinya, siswa diberi tugas untuk dikerjakan di saat atau di luar pembelajaran di kelas. Bentuknya bisa merangkum penjelasan guru, mencari sumber dari suatu ibadah, menjawab soal-soal dan permasalahan yang diberikan, membuat jadwal salat dan sebagainya.
8.      Metode Pembelajaran Fiqih dengan Pendekatan Kontekstual
Metode dengan Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.
9.      Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Metode ini tepat digunakan pada kelas yang kreatif. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.
10.  Metode Jigsaw Learning
Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari  jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Misalnya saja dalam materi zakat.
Metode ini cocok untuk mengajarkan prinsip, berupa hubungan antar konsep yang menggambarkan sebab akibat, generalisasi, hukum yang membutuhkan tingkat kognisi tinggi, seperti analisa, sintesa, dan penilaian serta cocok untuk mengajarkan fakta-fakta dari materi pelajaran fiqih seperti macam-macam zakat dan mustahiq zakat.
11.  Metode Karya Wisata
Metode karyawisata ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas. Karya = kerja, wisata = pergi dan Karyawisata = pergi bekerja. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Metode ini cocok untuk mengajarkan materi fiqih berbentuk prosedur atau tata cara ibadah yang membutuhkan peralatan dan tempat tertentu, seperti Haji dan Umroh.
12.  Metode Joyful Learning
Joyful learning adalah pembelajaran yang menyenangkan. System pembelajaran yang berusaha untuk membangkitkan minat serta melibatkan sepenuhnya peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan membahagiakan peserta didik.[8]
13.  Metode Curah Pendapat
Metode curah pendapat dapat juga digunakan dalam strategi pembelajaran yang aktif. Metode ini sangat efektif untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa, misalnya dosen meminta siswa menjelaskan sebab akibat sebuah peristiwa alam.[9]
14.  Metode Example Non Examples
Metode ini guru menyiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, menempelkan di papan, guru member petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan /menganalisis gambar, setelah itu, di diskusikan secara berkelompok tentang gambar tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas, kelompok lain berkomentar dan terakhir kesimpulan.
Selanjutnya dalam penggunaan metode, guru dapat mempertimbangkan karakteristik dari materi yang akan diajarkannya baik berupa fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Empat karakteristik tersebut dapat dijadikan pertimbangan seorang guru sebelum memutuskan untuk menggunakan metode-metode yang ada dan cocok untuk materi yang akan diajarkan. Selain itu, dalam penggunaan metode harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, guru yang mengajarkan dan sarana prasarana yang ada dalam sekolah masing-masing. 

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode pembelajaran fiqih adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari sebuah pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Beberapa metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran fiqih di MTs sebagai berikut: Metode Diskusi, Metode Demonstrasi, Metode Ceramah, Metode Kisah dan ‘Ibrah, Metode Resource Person (manusia sebagai sumber)., Metode Tanya Jawab, Metode Resitasi atau Pemberian Tugas, Metode Pembelajaran Fiqih dengan Pendekatan Kontekstual, Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction), Metode Jigsaw Learning, Metode Karya Wisata, Metode Joyful Learning, Metode Curah Pendapat dan Metode Example Non Examples
B.     Saran
Bagi Pembaca pada umumnya, dengan mempelajari metode mengajarkan fiqih seyogyanya dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca dan bagi Mahasiswa sebagai calon pendidik PAI sudah seharusnya belajar dan paham berbagai metode dalam pembelajaran fiqih dan dapat menerapkannya di saat mengajar mata pelajaran fiqih.





DAFTAR PUSTAKA

An-Nawawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam, alih bahasa Herry Nur Ali, Bandung: Diponegoro, 1992.
Ash-Shidqy,  T. M Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996.
B. Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, cet.6, Jakarta: Bumi Aksara.
Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fikih, Jakarta: Amzah, 2009.
Salirawati, Das, Smart Teaching: Solusi Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Bumi Aksara, 2018.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005.
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran, Malang: UM PRESS, 2004.














[1]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008,147.
[2] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011, 26.
[3] T. M Hasbi Ash-Shidqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996, 29.
[4] Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fikih, Jakarta: Amzah, 2009, 63.
[5]Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran, Malang: UM PRESS, 2004, 64.
[6]Abdurrahman An-Nawawi, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam, alih bahasa Herry Nur Ali, Bandung: Diponegoro, 1992, 390.
[7]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005, 88.
[8]Das Salirawati, Smart Teaching: Solusi Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Bumi Aksara, 2018, 94.
[9]Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, cet.6, Jakarta: Bumi Aksara, 97.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...