Kamis, 31 Januari 2019

akhlak yang baik atau terpuji


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia terdiri dari atas ruh dan jasad. Setiap jasad memiliki rupa sebagaimana yang dapat ditangkap oleh pancaindra begitu pula ruh yang memiliki rupa dan tergambarkan dengan berbagai perilaku dan akhlak dari setiap manusia.“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Trimidzi, dan Al-Hakim).
Kita pun sebaiknya mengetahui aib-aib diri kita sehingga kita akan senantiasa berusaha memperbaiki diri dari akhlak-akhlak tercela dan berupaya menjadi pribadi yang berkembang dan menjadi lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya. Karena manusia yang berakhlak baik memiliki iman yang tertanam baik di dalam hati dan ketakwaan yang teraplikasi di dalam perilaku. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri manusia yang berakhlak baik.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)             Apakah pengertian dari akhlak yang baik atau terpuji?
2)             Apa sajakah ciri-ciri akhlak yang baik atau terpuji?

C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)             Untuk mengetahui apa pengertian akhlak yang baik atau terpuji.
2)             Untuk mengetahui apa sajakah ciri-ciri akhlak yang baik atau terpuji.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak yang Baik atau Terpuji
Akhlak dalam kamus Al-Munjid mempunyai arti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.  Jadi, akhlak pada hakikatnya yaitu suatu kondisi atau sifat telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, sehingga dari situ timbullah bermacam-macam perbuatan dengan sengaja tanpa dibuat-buat,tanpa memerlukan pemikiran sehingga dapat dibedakan mana perbuatan yang baik dan buruk.
Kata “Baik” dalam bahasa arab yaitu berasal dari kata Khair yang berarti telah mencapai kesempurnaan. Di dalam kamus bahasa Indonesia, bahwa dikatakan baik adalah “bila sesuatu itu mendatangkan rahmat, juga memberikan rasa senang dan bahagia dan dihargai secara positif atau baik”. Jadi, dapat dikatan bahwa sesuatu yang dikatakan baik, apabila perbuatan tersebut memberikan kesenangan, kepuasan, dan kenikmatan sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain suatu yang bernilai pisifit oleh orang yang menginginkannya.
Menurut Imam al Ghazali mengutip perkataan Sayyidin Ali bin Abi Thalib ra yang pernah mengatakan tentang akhlak yang baik “ hakikat dari akhlak yang baik dan mulia ialah ada pada tiga perkara yaitu: menjauhi larangan Allah SWT, mencari yang halal dan berlapang dada kepada sesama manusia.[1] Jadi, Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran Islam.[2]
B.     Ciri – Ciri Akhlak yang Baik atau Terpuji
Dalam inti ajaran islam adalah mengadakan bimbingan bagi manusia dalam kehidupannya, Sebagai contoh tauladan bagi umat manusia khususnya umat Islam yaitu Rasulullah SAW. Firman Allah SWT yang bermaksud: " Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " ( Surah al Ahzab: Ayat 21 ).
Perbuatan akhlak merupakan bentuk tindakan seseorang. Tidak selamanya orang berbuat baik terus dan tidak selamanya orang berbuat tidak baik terus. Tidak semua tindakan seseorang dikatakan akhlak, karena perbuatan akhlak memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan, b. Perbuatan itu mudah dilakukan tanpa dipertimbangkan c. Perbuatan itu dilakukan dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain, d. Perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan bercanda, e. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas dan f. Tidak merasa malu atau salah setelah melakukannya, karena sudah menjadi kbiasaan.[3]Selain itu, ciri-ciri akhlak yang baik sebagai berikut:
1.      Memelihara penglihatan
Seseorang muslim itu mestilah memelihara pandangan daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat dan boleh membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Sehubungan dengan ini Al-Quranul Karim mengingatkat orang –orang mu’min supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah, firman Allah SWT: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(An-Nur: 30). Baginda juga mengingatkan (antara lain, bermaksud):“Hendaklah kamu memelihara pandangan kamu, menjaga kehormatan (kemaluan) kamu atau Allah akan menghodohkan wajah kamu.”(Hadith Riwayat At Tabrani).
2.      Memelihara lidah
Seseorang muslim itu mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan kata-kata yng tidak berfaedah, perbualan-perbualan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong, mengumpat, mengeji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahumullah mengatakan. “ketahuilah, seorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan.
3.      Bersifat Pemalu
Seorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalangnya memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup seta memadai sekadar yang ada dan sifat-sifat seumpamanya. Diceritakan dari Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bahwa baginda adalah seorang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.
Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda:“Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang, maka yang paling utama ialah ucapan Lailaha Illallah (Tidak ada Tuhan yang sebenar melainkan Allah) dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan. Dan sifat malu ialah satu cabang dari Iman”.
4.      Bersifat lemah lembut dan sabar
Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.[4] Selain itu, sabar juga dapat diartikan sebagai suatu sikap yang bisa betah ataupun bertahan dari kesulitan yang sedang dihadapi.[5]
Kehidupan Rasulullah SAW sebagaimana terkandung dalam kitab suci al-qur’an yang senantiasa memancarkan sifat sifat sabar. Dalam menghadapi tantangan dan penderitaan dalam menghadapi musuhnya, beliau juga darmawan dalam memberkan bantuan terhadap orang yang lemah, berani dalam menghadapi kebenaran, pemaaf dalam menghadapi kebencian dan kemarahan orang, ikhlas dalam menerima semua keadaan serta situasi dan kondisi yang terjadi pada dirinya.
Selain sabar juga seorang muslim harus bersifat lemah lembut sebagaimana hadis Rasulullah SAW: “Mahukah aku memberitahu kamu suatu perkara yang dengannya, Allah akan memuliakan binaan (kedudukan seseorang) dan mengangkatnya kepada beberapa darjat ketinggian. Mereka menjawab: Ya wahai Rasulullah. Baginda bersabda: “Berlemah-lembutlah kamu terhadap orang jahil, maafkanlah orang yang menzalimi kamu, hulurkanlah pemberian kepada orang yang menahan pemberiannya kepadamu dan sambunglah ikatan silaturrahim terhadap orang yang memutuskannya terhadap kamu.”
5.      Bersifat benar dan jujur
Berlaku jujur adalah berkata sesuai dengan kenyataan yang ada.[6] Kejujuran merupakan nilai keutamaan dan merupakan pusat dari akhlak, dimana dengan kejujuran maka suatu bangsa akan menjadi teratur, semua urusan menjadi tertib. Dengan bersikap jujur akan mengangkat harkat bagi yang melakukan. Dengan ini Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk bersikap jujur, sesuai dengan Al-quran surat At-Taubah ayat (119).[7]


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.[8]
6.      Bersifat rendah hati
Rendah hati artinya bersikap merendahkan diri untuk tidak bersikap sombong.[9] Seseorang mislim mestilah bersifat tawadhu’ atau merendah diri khususnya terhadap saudara-maranya yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberi layanan) sama ada yang miskin maupun yang kaya. Rasulullh Sallallahu’alaihiwasallam sendiri memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri). Baginda bersabda: “Tidak akan memasuki syurga sesiapa yang di dalam hatinya terdapat sebesar zarah (sedikit) sifat takbur.”(Hadis Riwayat Muslim).
7.      Bersifat pemurah/ dermawan
Kata dermawan dalam kata bahasa Indonesia menunjuk pada seseorang yang suka berderma, atau yang senang memberikan sebagian hartanya kepada orang lain baik dalam keadaan sempit maupun luas. Dermawan termasuk akhlak yang terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.[10]
Sifat dermawan memiliki banyak manfaat dan keuntungan diantara manfaatnya adalah: 1) Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, 2) Disukai baik oleh lawan maupun kawan, 3) Memperbanyak persaudaraan dan kekerabatan dengan orang lain, 4) Rizkinya menjadi berkah dan bertambah dan 5) Dipanjangkan umurnya dan dihindarkan oleh Allah dari bala (bencana).
8.      Memelihara Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan[11]
Kebersihan, keindahan dan kesehatan merupakan rahmat Allah yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, kita harus menjaganya dimanapun kita berada baik di lingkungan sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang sehat jasmani dan rohaninya akan terasa lebih semangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Jika kita menjaga kebersihan, otomatis akan tercipta keindahan dan kesehatan didalam tubuh dan jiwa kita, dan itu akan berpengaruh pada akal pikiran kita. Karena dengan jiwa yang bersih, akal pun bisa berfikir lebih jernih dan cerdas.
Imam Ghazali menuturkan bahwa sebagian ulama menyebutkan beberapa ciri akhlak mulia, diantaranya merasa malu untuk melakukan keburukan, tidak senang menyakiti, berkelakuan baik, dan berkata jujur. Selain itu, tidak banyak bicara, banyak berkarya, sedikit melakukan kesalahan (yang berulang), tidak banyak melakukan intervensi, tenang, sabar, suka bersyukur, ridha akan realitas kehidupan (pahit maupun manis), bijaksana, lemah-lembut, pandai menjaga kesucian dan harga diri, penyayang, tidak senang melaknati sesuatu atau orang lain. Juga tidak suka mencela, tidak suka mengadu domba, tidak memfitnah, tidak tergesa-gesa, tidak dengki dan iri hati, tidak kikir, tidak bermanis-manis di bibir dan wajah namun dengki di hati, mencintai dan membenci orang lain karena Allah, serta ridha dan marah karena Allah.
Dalam kitab “ihya ‘ulumuddin” jilid 3 halaman 75 Imam Al-Ghozali menerangkan bahwa ada 28 ciri-ciri orang yang berakhlak mulia, yaitu: merasa malu melakukan perbuatan buruk, tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain, selalu bersikap baik kepada orang lain,  berkata jujur, tidak banyak bicara, banyak berkarya, sedikit melakukan kesalahan, tidak banyak melakukan berlebih-lebihan, baik dalam perkatan maupun perbuatan, berbuat kebajikan kepada sesama makhluk, khususnya manusia, menyambung tali silaturrahmi, respek atau menghormati orang lain, baik yang masih muda maupun yang sudah tua usianya, selalu bersyukur kepada Allah SWT, bersabar menghadapi segala cobaan hidup, ridho terhadap apa yang diberikan Allah SWT, berusaha tidak lekas marah terhadap orang lain (murah hati), welas asih kepada sesama makhluk, khususnya manusia, memelihara diri dari perbuatan maksiat, kasih sayang terhadap sesama makhluk, tidak sembarangan melaknat sesuatu atau orang lain kalau belum jelas permasalahan dan hukumnya, tidak suka mencela orang lain, tidak suka mengadu domba kepada orang lain, tidak melakukan ghibah (mengumpat-ngumpat) orang lain, tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu apapun, tidak kikir terhadap harta yang dimiliki demi untuk menolong kesusahan orang lain, tidak berbuat dengki kepada orang lain, tidak berbuat hasud kepada orang lain, menampakkan wajah yang berseri-seri karena Allah dan benci karena Allah, ridho dan benci karena Allah.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran Islam. Perbuatan akhlak memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan, b. Perbuatan itu mudah dilakukan tanpa dipertimbangkan c. Perbuatan itu dilakukan dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain, d. Perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan bercanda, e. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas dan f. Tidak merasa malu atau salah setelah melakukannya, karena sudah menjadi kbiasaan.
Selain itu, ciri-ciri akhlak yang baik sebagai berikut: memelihara penglihatan, memelihara lidah, bersifat pemalu, bersifat lemah lembut dan sabar, bersifat benar dan jujur, bersifat rendah hati, bersifat pemurah/ dermawan, dan memelihara kebersihan, keindahan dan kesehatan. Menurut Imam Ghazali menuturkan bahwa sebagian ulama menyebutkan beberapa ciri akhlak mulia diantaranya merasa malu untuk melakukan keburukan, tidak senang menyakiti, berkelakuan baik, dan berkata jujur dll serta dalam kitab “ihya ‘ulumuddin” jilid 3 Imam Al-Ghozali menerangkan bahwa ada 28 ciri-ciri orang yang berakhlak mulia.

B.     Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari. Oleh karena itu, saya menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Semoga makalah ini dapat kita dapat mengambil ibrahnya dan dapat mengetahui tentang ciri-ciri akhlak yang baik atau terpuji sehingga kita dapat menambah wawasan lebih luas terhadap pembelajaran akidah akhlak di Madrasah.




DAFTAR PUSTAKA
Al-Khauli, Muhammad Abdul Aziz, Menuju Akhlak Nabi, Semarang: Pustaka Nuun, 2006.
Bisri, M.Fil.I, Akhlak Edisi Revisi, cet. 2, Jakarta: Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, 2012.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, cet.6, Bandung: Sinar Baru Algensindi, 2011.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI, 2006.
Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 1991.
Rifai, Moh, Akhlaq Seorang Muslim, cet.1, Semarang: Wicaksana, 1986.
Ritonga, Rahman, Akhlak (Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia), Surabaya: Amelia Surabaya, 2005.
Rizal, Syamsul, Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf, Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 07, No.1, 2018.





[1] Syamsul Rizal, Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf, Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 07, No.1, 2018,74.
[2] Bisri, M.Fil.I, Akhlak Edisi Revisi, cet. 2, Jakarta: Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, 2012, 7.
[3] Rahman Ritonga, Akhlak (Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia), Surabaya: Amelia Surabaya, 2005, 9.
[4] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI, 2006, 134.
[5] Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 1991, 10.
[6] Moh Rifai, Akhlaq Seorang Muslim, cet.1, Semarang: Wicaksana, 1986, 74.
[7] Muhammad Abdul Aziz al-Khauli, Menuju Akhlak Nabi, Semarang: Pustaka Nuun, 2006, 152.
[8] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, cet.6, Bandung: Sinar Baru Algensindi, 2011, 164.
[9] Bisri, M.Fil.I, op.cit, 15.
[10] Ibid, 14.
[11] Moh Rifai, op.cit, 299.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...