BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
terdiri dari atas ruh dan jasad. Setiap jasad memiliki rupa sebagaimana yang
dapat ditangkap oleh pancaindra begitu pula ruh yang memiliki rupa dan
tergambarkan dengan berbagai perilaku dan akhlak dari setiap manusia.“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara
mereka” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Trimidzi, dan Al-Hakim).
Kita
pun sebaiknya mengetahui aib-aib diri kita sehingga kita akan senantiasa
berusaha memperbaiki diri dari akhlak-akhlak tercela dan berupaya menjadi
pribadi yang berkembang dan menjadi lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya. Karena manusia yang
berakhlak baik memiliki iman yang tertanam baik di dalam hati dan ketakwaan
yang teraplikasi di dalam perilaku. Oleh
karena itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri manusia
yang berakhlak baik.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)
Apakah
pengertian dari akhlak yang baik atau terpuji?
2)
Apa sajakah ciri-ciri akhlak yang baik atau terpuji?
C.
Tujuan
Adapun
tujuannya sebagai berikut :
1)
Untuk
mengetahui apa pengertian akhlak yang baik
atau terpuji.
2)
Untuk
mengetahui apa sajakah ciri-ciri akhlak yang baik atau terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak
yang Baik atau Terpuji
Akhlak dalam
kamus Al-Munjid mempunyai arti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi’at. Jadi, akhlak pada hakikatnya
yaitu suatu kondisi atau sifat telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi
kepribadian, sehingga dari situ timbullah bermacam-macam perbuatan dengan
sengaja tanpa dibuat-buat,tanpa memerlukan pemikiran sehingga dapat dibedakan
mana perbuatan yang baik dan buruk.
Kata “Baik”
dalam bahasa arab yaitu berasal dari kata Khair
yang berarti telah mencapai kesempurnaan. Di dalam kamus bahasa Indonesia,
bahwa dikatakan baik adalah “bila sesuatu itu mendatangkan rahmat, juga
memberikan rasa senang dan bahagia dan dihargai secara positif atau baik”.
Jadi, dapat dikatan bahwa sesuatu yang dikatakan baik, apabila perbuatan
tersebut memberikan kesenangan, kepuasan, dan kenikmatan sesuai dengan yang
diharapkan atau dengan kata lain suatu yang bernilai pisifit oleh orang yang
menginginkannya.
Menurut Imam
al Ghazali mengutip perkataan Sayyidin Ali bin Abi Thalib ra yang pernah
mengatakan tentang akhlak yang baik “ hakikat dari akhlak yang baik dan mulia
ialah ada pada tiga perkara yaitu: menjauhi larangan Allah SWT, mencari yang
halal dan berlapang dada kepada sesama manusia.[1] Jadi, Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau
tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran Islam.[2]
B.
Ciri – Ciri
Akhlak yang Baik atau Terpuji
Dalam inti
ajaran islam adalah mengadakan bimbingan bagi manusia dalam kehidupannya,
Sebagai contoh tauladan bagi umat manusia khususnya umat Islam yaitu Rasulullah
SAW. Firman Allah SWT yang bermaksud: " Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " ( Surah al Ahzab: Ayat 21 ).
Perbuatan
akhlak merupakan bentuk tindakan seseorang. Tidak selamanya orang berbuat baik
terus dan tidak selamanya orang berbuat tidak baik terus. Tidak semua tindakan
seseorang dikatakan akhlak, karena perbuatan akhlak memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: a. Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan, b. Perbuatan itu mudah
dilakukan tanpa dipertimbangkan c. Perbuatan itu dilakukan dari hati, bukan
karena paksaan dari orang lain, d. Perbuatan itu dilakukan dengan
sungguh-sungguh, bukan bercanda, e. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas dan
f. Tidak merasa malu atau salah setelah melakukannya, karena sudah menjadi
kbiasaan.[3]Selain itu, ciri-ciri akhlak
yang baik sebagai berikut:
1. Memelihara
penglihatan
Seseorang muslim itu mestilah
memelihara pandangan daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah
kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat
dan boleh membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Sehubungan dengan ini
Al-Quranul Karim mengingatkat orang –orang mu’min supaya memelihara diri dari
penglihatan yang tidak memberi faedah, firman Allah SWT: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang mereka perbuat".(An-Nur: 30). Baginda juga mengingatkan (antara
lain, bermaksud):“Hendaklah kamu memelihara pandangan kamu, menjaga
kehormatan (kemaluan) kamu atau Allah akan menghodohkan wajah kamu.”(Hadith
Riwayat At Tabrani).
2. Memelihara
lidah
Seseorang muslim itu
mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan kata-kata yng tidak berfaedah,
perbualan-perbualan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong,
mengumpat, mengeji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahumullah mengatakan.
“ketahuilah, seorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari sebarang
percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan”.
3. Bersifat
Pemalu
Seorang muslim mestilah bersifat
pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya
menghalangnya memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah
ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri,
tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup seta memadai sekadar yang
ada dan sifat-sifat seumpamanya. Diceritakan dari Rasulullah
Sallallahu’alaihiwasallam bahwa baginda adalah seorang yang sangat pemalu,
lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.
Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam
bersabda:“Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang, maka
yang paling utama ialah ucapan Lailaha Illallah (Tidak ada Tuhan yang sebenar
melainkan Allah) dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan.
Dan sifat malu ialah satu cabang dari Iman”.
4. Bersifat
lemah lembut dan sabar
Sabar berarti
menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah.[4] Selain itu, sabar juga dapat diartikan sebagai suatu
sikap yang bisa betah ataupun bertahan dari kesulitan yang sedang dihadapi.[5]
Kehidupan
Rasulullah SAW sebagaimana terkandung dalam kitab suci al-qur’an yang
senantiasa memancarkan sifat sifat sabar. Dalam menghadapi tantangan dan
penderitaan dalam menghadapi musuhnya, beliau juga darmawan dalam memberkan
bantuan terhadap orang yang lemah, berani dalam menghadapi kebenaran, pemaaf
dalam menghadapi kebencian dan kemarahan orang, ikhlas dalam menerima semua
keadaan serta situasi dan kondisi yang terjadi pada dirinya.
Selain sabar
juga seorang muslim harus bersifat lemah lembut sebagaimana hadis Rasulullah
SAW: “Mahukah aku memberitahu kamu suatu
perkara yang dengannya, Allah akan memuliakan binaan (kedudukan seseorang) dan
mengangkatnya kepada beberapa darjat ketinggian. Mereka menjawab: Ya wahai
Rasulullah. Baginda bersabda: “Berlemah-lembutlah kamu terhadap orang jahil,
maafkanlah orang yang menzalimi kamu, hulurkanlah pemberian kepada orang yang
menahan pemberiannya kepadamu dan sambunglah ikatan silaturrahim terhadap orang
yang memutuskannya terhadap kamu.”
5. Bersifat
benar dan jujur
Berlaku
jujur adalah berkata sesuai dengan kenyataan yang ada.[6] Kejujuran merupakan nilai keutamaan dan merupakan
pusat dari akhlak, dimana dengan kejujuran maka suatu bangsa akan menjadi
teratur, semua urusan menjadi tertib. Dengan bersikap jujur akan mengangkat
harkat bagi yang melakukan. Dengan ini Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk
bersikap jujur, sesuai dengan Al-quran surat At-Taubah ayat (119).[7]
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.[8]
6. Bersifat
rendah hati
Rendah
hati artinya bersikap merendahkan diri untuk tidak bersikap sombong.[9] Seseorang mislim mestilah bersifat
tawadhu’ atau merendah diri khususnya terhadap saudara-maranya yang muslim
dengan cara tidak membezakan (dalam memberi layanan) sama ada yang miskin
maupun yang kaya. Rasulullh Sallallahu’alaihiwasallam sendiri memohon
perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga
diri). Baginda bersabda: “Tidak akan memasuki syurga sesiapa yang di dalam hatinya
terdapat sebesar zarah (sedikit) sifat takbur.”(Hadis Riwayat Muslim).
7. Bersifat
pemurah/ dermawan
Kata
dermawan dalam kata bahasa Indonesia menunjuk pada seseorang yang suka
berderma, atau yang senang memberikan sebagian hartanya kepada orang lain baik
dalam keadaan sempit maupun luas. Dermawan termasuk akhlak yang terpuji yang
dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.[10]
Sifat
dermawan memiliki banyak manfaat dan keuntungan diantara manfaatnya adalah: 1)
Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, 2) Disukai baik oleh lawan maupun kawan, 3)
Memperbanyak persaudaraan dan kekerabatan dengan orang lain, 4) Rizkinya
menjadi berkah dan bertambah dan 5) Dipanjangkan umurnya dan dihindarkan oleh Allah
dari bala (bencana).
Kebersihan,
keindahan dan kesehatan merupakan rahmat Allah yang setinggi-tingginya. Oleh
karena itu, kita harus menjaganya dimanapun kita berada baik di lingkungan
sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang sehat jasmani dan rohaninya
akan terasa lebih semangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Jika kita
menjaga kebersihan, otomatis akan tercipta keindahan dan kesehatan didalam
tubuh dan jiwa kita, dan itu akan berpengaruh pada akal pikiran kita. Karena
dengan jiwa yang bersih, akal pun bisa berfikir lebih jernih dan cerdas.
Imam Ghazali menuturkan
bahwa sebagian ulama menyebutkan beberapa ciri akhlak mulia, diantaranya merasa
malu untuk melakukan keburukan, tidak senang menyakiti, berkelakuan baik, dan
berkata jujur. Selain itu, tidak banyak
bicara, banyak berkarya, sedikit melakukan kesalahan (yang berulang), tidak
banyak melakukan intervensi, tenang, sabar, suka bersyukur, ridha akan realitas
kehidupan (pahit maupun manis), bijaksana, lemah-lembut, pandai menjaga
kesucian dan harga diri, penyayang, tidak senang melaknati sesuatu atau orang
lain. Juga tidak suka mencela,
tidak suka mengadu domba, tidak memfitnah, tidak tergesa-gesa, tidak dengki dan
iri hati, tidak kikir, tidak bermanis-manis di bibir dan wajah namun dengki di
hati, mencintai dan membenci orang lain karena Allah, serta ridha dan marah
karena Allah.
Dalam kitab “ihya ‘ulumuddin” jilid 3 halaman 75 Imam
Al-Ghozali menerangkan bahwa ada 28 ciri-ciri orang yang berakhlak mulia,
yaitu: merasa malu melakukan
perbuatan buruk, tidak menyakiti atau
menyinggung perasaan orang lain, selalu bersikap baik kepada
orang lain, berkata jujur,
tidak banyak bicara, banyak berkarya,
sedikit melakukan kesalahan, tidak banyak melakukan
berlebih-lebihan, baik dalam perkatan maupun perbuatan,
berbuat kebajikan kepada sesama makhluk, khususnya manusia,
menyambung tali silaturrahmi, respek atau menghormati
orang lain, baik yang masih muda maupun yang sudah tua usianya,
selalu bersyukur kepada Allah SWT,
bersabar menghadapi segala cobaan hidup,
ridho terhadap apa yang diberikan Allah SWT,
berusaha tidak lekas marah terhadap orang lain (murah hati),
welas asih kepada sesama makhluk, khususnya manusia,
memelihara diri dari perbuatan maksiat,
kasih sayang terhadap sesama makhluk,
tidak sembarangan melaknat sesuatu atau orang lain kalau belum jelas
permasalahan dan hukumnya, tidak suka mencela orang
lain, tidak suka mengadu domba
kepada orang lain, tidak melakukan ghibah
(mengumpat-ngumpat) orang lain, tidak tergesa-gesa dalam
melakukan sesuatu apapun, tidak kikir terhadap harta
yang dimiliki demi untuk menolong kesusahan orang lain,
tidak berbuat dengki kepada orang lain,
tidak berbuat hasud kepada orang lain,
menampakkan wajah yang berseri-seri karena Allah dan benci karena Allah,
ridho dan benci karena Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak yang terpuji berarti
sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran Islam.
Perbuatan akhlak memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perbuatan itu sudah menjadi
kebiasaan, b. Perbuatan itu mudah dilakukan tanpa dipertimbangkan c. Perbuatan itu dilakukan dari hati, bukan karena
paksaan dari orang lain, d. Perbuatan
itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan
bercanda, e. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas dan f. Tidak merasa
malu atau salah setelah melakukannya, karena sudah menjadi kbiasaan.
Selain itu, ciri-ciri akhlak yang baik sebagai
berikut: memelihara penglihatan, memelihara lidah, bersifat
pemalu,
bersifat lemah lembut dan sabar, bersifat benar dan jujur, bersifat rendah hati, bersifat pemurah/ dermawan, dan memelihara
kebersihan, keindahan dan kesehatan. Menurut Imam Ghazali menuturkan bahwa
sebagian ulama menyebutkan beberapa ciri akhlak mulia diantaranya merasa malu untuk
melakukan keburukan, tidak senang menyakiti, berkelakuan baik, dan berkata
jujur dll serta dalam kitab “ihya ‘ulumuddin” jilid 3 Imam Al-Ghozali menerangkan bahwa ada 28
ciri-ciri orang yang berakhlak mulia.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya
sehari-hari. Oleh karena itu, saya menyarankan agar kita
senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Semoga makalah ini dapat
kita dapat mengambil ibrahnya
dan
dapat mengetahui tentang
ciri-ciri akhlak yang baik atau terpuji sehingga kita
dapat menambah wawasan lebih luas terhadap
pembelajaran akidah akhlak di Madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khauli, Muhammad Abdul Aziz, Menuju
Akhlak Nabi, Semarang: Pustaka Nuun, 2006.
Bisri, M.Fil.I, Akhlak Edisi
Revisi, cet. 2, Jakarta: Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, 2012.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan
Terjemahnya, cet.6, Bandung: Sinar Baru Algensindi, 2011.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq,
Yogyakarta: LPPI, 2006.
Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf,
Jakarta: Kalam Mulia, 1991.
Rifai, Moh, Akhlaq Seorang Muslim,
cet.1, Semarang: Wicaksana, 1986.
Ritonga, Rahman, Akhlak (Merakit
Hubungan dengan Sesama Manusia), Surabaya: Amelia Surabaya, 2005.
Rizal,
Syamsul, Akhlak
Islami Perspektif Ulama Salaf,
Edukasi
Islami Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 07, No.1, 2018.
[1] Syamsul
Rizal, Akhlak
Islami Perspektif Ulama Salaf, Edukasi Islami Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 07, No.1, 2018,74.
[2] Bisri,
M.Fil.I, Akhlak Edisi Revisi, cet. 2, Jakarta: Kelembagaan
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,
Kementerian Agama RI, 2012, 7.
[3] Rahman Ritonga, Akhlak (Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia), Surabaya: Amelia
Surabaya, 2005, 9.
[8] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, cet.6,
Bandung: Sinar Baru Algensindi, 2011, 164.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar