Kamis, 31 Januari 2019

PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengelihatan pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Pada kehidupan masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang makin tinggi, pendidikan ditunjukkan bukan hanya pada pembinaan keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan teoritis dan praktis berdasarkan konsep-konsep. Dalam menganalisis sasaran pendidikan islam secara ilmiah, diperlukan system pendekatan, porientasi dan model yang sejalan dengan karakteristik sasaran yang hendak dideskripsikan dan dijelaskan. Ketiga hal tersebut akan menjadi motifasi bagi manusia agar tercapainya sasaran pendidikan sesuai dengan yang diinginkan dan menjadi umpan balik bagi pendidikan sehingga keberadaan pendidikan akan menjadi semakin penting.
Dalam proses pembelajaran yang berlangsung pasti akan didukung oleh metode dan pendekatan pembelajaran, karena dalam pembelajaran, apabila sudah menggunakan kedua sistem diatas maka komponen-komponen pendidikan akan berjalan dengan baik, khususnya pendidikan Islam baik secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran metode dan pendekatan tidak bisa dipisahkan karena kedua unsur ini merupakan alat dan cara yang digunakan untuk menunjang kelancaran pendidikan. Dilihat dari permasalahan diatas, maka penulis membuat makalah ini dengan judul “Pendekatan dan Metode dalam Pendidikan Islam ” 

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)      Apa saja Orientasi Pendidikan Islam?
2)      Apa saja Pendekatan Sistem Pendidikan Islam?

C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui Apa saja Orientasi Pendidikan Islam.
2)      Untuk mengetahui Apa saja Pendekatan Sistem Pendidikan Islam.
                                                      BAB II     
 PEMBAHASAN
Orientasi adalah suatu penetapan atau perasan tentang posisi seseorang dalam kaitannya dengan lingkungan atau dengan orang tertentu atau sesuatu yang khusus atau lapangan pengetahuan. Ada pun orientasi pendidikan islam itu sendiri bahwa islam lebih mementingkan hidup masa depan yang bernilai duniawi-ukhrawi. Sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut ini: Artinya: hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri manusia memperhatikan hal-hal yang diperbuatnya untuk hari esok akhirat) bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Ayat di atas memberikan indikasi kepada kita bahwa pendidikan islam itu adalah adanya keseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat. Sehingga ketika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang maka ia mempertimbangkannya kembali. Sebab jika melakukan perbuatan itu, berarti ia telah merusak kehidupan masa depannya. Ada tiga sumber pokok orientasi pendidikan islam, antara lain:
a.       Orientasi pengembangan kepada Allah Yanga Maha Mengetahui, yang menjadi sumbernya segala sumber ilmu pengetahuan.
b.      Orientasi pengembangan ke arah kehidupan sosial manusia, di mana hubungan antar manusia semakin kompleks dan luas ruang lingkupnya akibat pengaruh kemajuan ilmu dan teknologi modern yang maju pesat.
c.       Orientasi pengembangan ke arah alam sekitar yang diciptakan Allh untuk kepentingan hidup umat manusia, mengandung macam kekayaan alam yang harus digali, dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia bagi kesejahteraan hidupnya di dunia untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
Orientasi pendidikan islam itu memiliki karakteristik (ciri pokok) yang bersifat goal oriented secara operasional, pendidikan islam yang dilandaskan berdasarkan pendekatan system itu dapat di kembangkan ke dalam model sebagai berikut :
1.      Secara sistematik, manusia didik dipandang sebagai makhluk yang integeralistik, total berkebulatan yang terbentuk dari unsur rohaniah dan jasmaniah yang tak dapat dipisahkan satu sama lain.
2.      Secara pedagogis, pendidikan islam diletakkan pada strategi pengembangan seluruh kemampuan dasar (fitrah) secara integralistik, menuju ke arah pembentukan pribadi muslim paripurna dalam dimensi rohaniah dan jasmaniahnya untuk menghayati dan mengamalkan ajaran islam yang berorientasi kepada kesejahteraan hidup duniawi-ukhrawi secara simultan.
3.      Institusionalisasi (pelembagaan) pendidikan islam diwujudkan dalam struktur yang hierarkis berjenjang sejalan dengan tingkat perkembangan jiwa manusia didik, menuju kearah optimalisasi kemampuan belajarnya semakin mendalam dan meluas.
4.      Secara kurikuler, pendidikan islam mengarahkan seluruh input instrumental (guru, metode, kurikulum, dan fasilitas) dan input environmental (tradisi kebudayaan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam) menjadi suatu bentuk program kegiatan kependidikan islam yang diharapakan.

B.     Sistem Pendekatan Pendidikan Islam
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema tyang berarti “ cara, strategi”. Dalam bahasa inggris system berarti “Sistim, susunan, jaringan, cara”. Sistem juga diartikan sebagai suatu strategi, cara berpikir atau model berpikir. Adapun definisi tradisonal menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.[1]
Kata pendekatan dalam bahasa inggrisnya adalah approach mempunyai arti sebuah jalan untuk melakukan sesuatu. Pendekatan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati serta mempermudah pelaksanaan pendidikan.
Menurut Reja Madyahardja, pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian pendekatan sistem merupakan proses pemecahan masalah yang logis untuk mencapai hasil pendidikan secara efektif dan efesien[2]. Adapun sistemnya sebagai berikut :
1.      Sistem tertutup, yakni sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek. Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis. Pendidikan islam yang dikategorikan sebagai sistem tertutup karena ada prinsip dasar dalam sistem tersebut yang sudah baku (tidak berubah dan tidak boleh berubah) yaitu al-qur’an dan hadits.
2.      Sistem terbuka, sistem yang struktur bagian-depannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang terus menerus berubah-ubah, dalam usaha untuk dapat mencapai kapasitas optimalnya. Pendidikan islam yang dapat dikategorikan sistem terbuka karena dalam perkembangannya selalu berkaitan dengan berbagai sistem dalam kehidupan masyarakat seperti ekonomi, politik, sosial budaya dari masyarakat yang mempengaruhi sistem pendidikan Islam.[3]
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan islam:
1.      Pendekatan pengalaman
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai –nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Metode yang dipakai dalam pendekatan pengalaman diantaranya: metode eksperimen (percobaan), metode drill (latihan), metode sosiodarma dan bermain peranan dan metode pemberian tugas belajar dan resitasi.
2.      Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa di rencanakan terlebih dahulu dan berlalu begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam pendekatan pembiasaan antara lain : metode latihan(drill), metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan metode eksperimen.
3.      Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.[4]
4.      Pendekatan Keteladanan
Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan,baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji maupun yang tidak langsung melalui suguhan beberapa kisah keteladanan.[5]
Adapun pendekatan sistem dalam menejemen pendidikan dengan berbagai model antara lain :
1.      Model sistem instruksional
Teknologi instruksional mempergunakan alat-alat untuk mengorganisasikan pikiran dalam berbagai bentuk teknologi instruksional. Cara berpikir yang didasarkan atas pendekatan baru tentang sistem belajar atau pengaturan organisasi tentang proses belajar yang lebih mementingkan pelajar perangkat keras (hardware).
2.      Model Penyelenggaraan Pendidikan Menurut System Manajemen Program
Jika kita melihat proses kependidikan dari segi manajemen maka harus direncanakan sesuai dengan sasaran atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai secara tepat. Perencanaan tersebut harus memperhitungkan sejauh mana efektivitas dan efesiensinya dalam pelaksanaan.
3.      Model Prosedur Pengembangan System Instruksional (PPSI)
PPSI adalah system instruksional yang berorentiasi kepada tujuan pendidikan dan pengajaran. System instruksional ini menunjukkan makna bahwa pengelolaan kependidikan dan pengajaran itu didasarkan atas system. Artinya bahwa pelaksaaan program pendidikan didasarkan atas keterpaduan (integrasi) yang terorganisasikan di mana komponen-komponennya saling menjunjung dan saling mengembangkan atau saling mempengaruhi satu sama lain dalam proses mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisian.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan yakni : Pembelajaran nampaknya akan lebih efektif, bila secara sistematik dan sistemik dirancang, walaupun sebegitu jauh lebih menekankan pada teori pengembangan daripada meneliti topik, kecuali untuk menerangkan ketidak benaran norma-norma atau prinsip-prinsip.
Kadang-kadang hal itu lebih efisien untuk memulai dengan yang lebih khas atau konsep yang sudah dikenal dari pada dengan yang sederhana.Untuk menghindari persyaratan yang tidak diinginkan ,dalam mengajarkan konsep satupersatu harus diperkenalkan bagian-bagian luar daricontoh yang positif, danlebihawaldalamsatuurutan, dari pada langsung dari contoh yang mudah ke yang sukaratau dari contoh yang umum kecontoh yang khusus. Pendekatan Sistem juga membantu perencana pendidikan menentukan strategi rencana terbaik dan sangat bermanfaat untuk mengorganisasikan staf, pelajar, program dan materi.

B.     Saran
Semoga dengan selesainya tugas makalah ini dapat kita dapat mengambil ibrahnya, dan dapat mengetahui pendekatan sistem dalam proses pendidikanislam, sehingga kita dapat menambah wawasan lebih luas terhadap ilmu pendidikan islam.






DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia.
­­­­­­­­­­________, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

















Prinsip-prinsip teknologi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
a.       Teknologi dapat digunakan untuk mengkaji kembali, teknologi juga dapat mendorong kegairahan guna mengembangkan sasaran-sasaran prilaku belajar mengajar.
b.      Teknologi dapat mengotomatisasikan proses belajar melalui pengembangan yang lebih teratur terhadap unsur-unsur kegiatan tersebut.
c.       Teknologi dapat membantu mengidifidualisasikan beberapa tipe belajar secara individual sesuai dengan bakat dan kemampuan murid dapat lebih berdaya guna (efektif) dan efisien manakala dilakukan dengan program pengajaran yang efektif.
d.      Teknologi juga dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang tak dapat dilakukan dengan cara lain, contoh: ‘belajar dengan cara simulasi dan bermain akan lebih berdampak situasional terhadap murid.
e.       Teknologi juga dapat memperkuat kegiatan suatu penelitian dengan kemungkinan para peneliti untuk melakukan rangkaian perhitungan yang tak dapat dikerjakan dengan cara yang lainnya, teknologi juga dapat mensentralisasikan dan membakukan sejauh mana keberadaan teknologi berpengaruh terhadap proses belajar.
f.       Teknologi membantu menejemen pengajaran secara rinci. Termasuk testing dan sistem pengukuran kemajuan murid.
g.      Teknologi juga dapat member dampak positif terhadap penyuluhan kependidikan karena konseling memerlukan informai yang memadai tentang murid.
Adapun ciri-ciri pola pikir instruksional tampak dalam kegiatan berpikir sebagai berikut :
1.      Mendefinisikan melalui proses:
a.       Mengidentifikasikan permasalahan (problema) mengenai kebutuhan anak didik dan mengidentifikasikan yang mendesak dan kurang mendesak.
b.      Menganalisis setting(keadaan lingkungan) yang menyangkut situasi dan kondisi murid serta sumber belajar yang relevan.
c.       Mengatur (mengorganisasikan manajemen yang menyangkut tugas dan tanggung jawab serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan dan sebagainya.
2.      Mengembangkan melalui proses:
a.       Mengidentifikasi sasaran-sasaran yang hendak digarap, misalnya sasaran-sasaran terminal (seperti pendidikan kejuruan) ataukah sasaran yang berupa kemampuan akademik (seperti pendidikan umum di sekolah-sekolah umum tingkat atas dan perguruan tinggi)
b.      Mengidentifikasi factor metode yang hendak diterapkan dalam proses belajar serta apa medianya.
c.       Membantu prototipe (model) proses belajar mengajar, materinya, dan teknik evaluasi apa yang dapat dipergunakan.
3.      Melakukan evaluasi dengan cara:
a.       Mengkaji ujian(try-out) yang dilakukan dan mengumpulkan data-data.
b.      Melakukan penilaian tentang hasil-hasil yang menyangkut tujuan, metode yang dipergunakan, dan teknik-teknik evaluasinya.
c.       Mengadakan review (perulangan), membuat keputusan untuk tindak lanjut.

2.      Model Penyelenggaraan Pendidikan Menurut System Manajemen Program
Jika kita melihat proses kependidikan dari segi manajemen maka harus direncanakan sesuai dengan sasaran atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai secara tepat. Perencanaan tersebut harus memperhitungkan sejauh mana efektivitas dan efesiensinya dalam pelaksanaan.
Dalam perkembangan berpikir manajemen modern, beberapa manajemen pendidikan, antara lain Roger A. Kaufmann, mengembangkan berbagai teori yang melatar belakangi oleh ilmu matematika sehingga sistematisasinya tampak matematis pula. Ia membuat model-model proses manajemen perencanaan program pendidikan yang harus berlangsung secara mutlak melalui 6 tahapan sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi dahulu kebutuhan prioritas (paling utama) pendidikan beserta permasalahan-permasalahannya.
b.      Menetapkan persyaratan-persyaratan bagi pemecahan masalah serta mengidentifikasikan berbagai alternative (pilihan) pemecahannya dalam rangka memenuhi tuntutan akan kebutuhan yang bersifat khusus.
c.       Memilih strategi dan alat-alatpendidikan guna memecahkan kesulitan-kesulitan dangan memilih alternatif yang paling baik.
d.      Melaksanakan strategi pemecahan masalah termasuk pengelolaan danpengendalian atau pengawasan terhadap pelaksanaan strategi yang dipilih.
e.       Melakukan evaluasi tehadap sejauh mana efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar yang dapat dilakukan, berdasarkan kebutuhan dan persyaratan-persyaratan yang telah diidentifikasi.
f.       Mengadakan revisi (perbaikan) terhadap sebagian atau keseluruhan langkah-langkah (proses) yang sedang berlangsung guna menjamin agar proses tersebut dapat berjalan efektif dan efisien serta responsif konstruktif.[6][6]
Menurut R. A. Kaufmaan, analisis system dengan langkah-langkah tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda dari system instruksional seperti system atau model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), model Brigg, atau model Kamp, dan model Bela H. Benathy dan sebagainya.[7][7]karena model ini dipilih oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk diterapkan dalam kurikulum sekolah semua jenjang sejak tahun 1975.

3.      Model Prosedur Pengembangan System Instruksional (PPSI)
PPSI adalah system instruksional yang berorentiasi kepada tujuan pendidikan dan pengajaran.System instruksional ini menunjukkan makna bahwa pengelolaan kependidikan dan pengajaran itu didasarkan atas system. Artinya bahwa pelaksaaan program pendidikan didasarkan atas keterpaduan (integrasi) yang terorganisasikan di mana komponen-komponennya saling menjunjung dan saling mengembangkan atau saling mempengaruhi satu sama lain dalam proses mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisian.

Pelaksaaan model PPSI ini melalui 5 tahap atau langkah sebagai berikut:
1.      Lebih dahulu merumuskan tujuan-tujuan instruksional.
2.      Menetapkan saran evaluasi.
3.      Menentukan kegiatan belajar dan bahan pelajaran.
4.      Menetapkan rencana/program kegiatan.
5.      Melaksanakan program tersebut didahului dengan prestest, lalu menyajikan pelajaran, kemudian melakukan evaluasi belajar mengajar (post test) untuk mengetahui kemajuan belajar murid dan seterusnya.
Dalam PPSI tujuan kependidikan dirumuskan mulai dari tujuan yang paling operasional khusus, menuju kepada tujuan yang bersifat umum, seperti tujuan instruksional khusus (TIK), tujuan instruksional umum (TIU), tujuan kurikuler, tujuan institusional sampai dengan tujuan nasional.
Pelaksanaan program pendidikan agama islam seperti telah diberlakukan dalam lembaga-lembaga pendidikan/sekolah umum semua jenjang, adalah berproses berdasarkan system instruksional tersebut sejak tahun 1975, tidak lagi berorientasi kepada bahan mata pelajaran (subjek materi) yang separated curriculair, melainkan keterpaduan yang bersifat integrated-curriculair.
Mata pelajaran agama islam tidak lagi diajarkan secara terpecah-pecah melainkan dalam keterpaduan yang satu sama lain mendukung dan mengambangkan. Bahkan antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya harus saling mengembangkan dan memperkokoh.Antara bidang studi pendidikan agama harus memperkokoh atau berkaitan dengan bidang studi ilmu akademik dan keterampilan yang ada, karena seluruh bidang studi dalam kurikulum 1975 itu merupakan satu system yang integral.



[1] Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, hal. 19
[2] Ibid, hal 22
[3] Ibid, hal 23-24
[4] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT Rineka Cipta,hal. 73
[5] Ramayulis, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, hal. 181.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...