Kamis, 31 Januari 2019

Iman kepada Qada’ dan Qadar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qadha & qadar.
Qadha dan qadar merupakan rukun Iman yang ke enam. Kita umat muslim harus benar-benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim dan muslimah) wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak telah ditetapkan oleh Allah SWT dan tidak ada campur tangan dari siapapun. Orang yang benar-benar beriman adanya qadha dan qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya baik dan berusaha menjauhi hal-hal yang buruk. Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai persoalan qadhadan qadar. 

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)      Apa pengertian Iman kepada Qada’ dan Qadar?
2)      Apa saja makna beriman kepada Qada’ dan Qadar?
3)      Apa saja hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar ?

C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui apa pengertian Iman kepada Qada’ dan Qadar.
2)      Untuk mengetahui apa saja makna beriman kepada Qada’ dan Qadar.
3)      Untuk mengetahui apa saja hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Iman kepada Qada’ dan Qadar
Qadha’ menurut bahasa ialah: hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal (makna) nya adalah: memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan menyelesaikannya. Qadha dalam pengertian terminologi adalah sesuatu yang ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahannya dan merupakan ketetapan Allah SWT yang ditentukan sejak zaman azali mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk.[1]
Qadar menurut bahasa yaitu: masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu.[2] Menurut istilah, qadar perwujudan dari qada yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Hubungan antara qada dan qadar sangat kuat, qada merupakan rencana, ketetatan atau hukum Allah SWT yang ditetapkan sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari hukum atatu ketetapan Allah SWT.[3]
Dalam Al-Qur’an kata qada berarti hukum atau keputusan, perintah, kehendak dan mewujudkan atau menjadikan. Sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan, ketentuan atau kepastian, ukuran, mengatur dan menentukan sesuatu menurut batas-batasnya.[4]Jadi, Iman kepada Qada' dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya.[5]Dan semua yang terjadi pada dirinya baik yang disengaja ataupun tidak disengaja merupakan ketetapan Allah SWT sejak zaman azali dan sudah tertulis dalam Lauhul Mahfud. Jadi, semua yang terjadi didunia ini sudah diketahui Allah SWT jauh sebelum hal itu terjadi.

B.     Makna Beriman kepada Qada’ dan Qadar
Qada’ dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, yang tercantum di dalam al-Qur'an berjalan tetap dan otomatis. Misalnya malas belajar berakibat bodoh,tidak mau bekerja akan miskin, menyentuh api merasakan panas, menanam benih akan tumbuh dan lain-lain.
Berkaitan dengan makna beriman kepada Qada' dan Qadar, dapat diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah Swt sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. ” Mengapa Engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah menakdirkan saya menjadi pencuri”. Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!” para sahabat lain bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.[6]
Iman kepada qada dan qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati adanya qada dan qadar Allah yang berlaku bagi semua makhluk sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya. Allah berfirman yang artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Q.S. al-Hadid: 22).
Dalam Surah an-Nisa ayat 78 juga dijelaskan sebagai berikut: Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (Q.S. an-Nisa: 78).
Maksud dari dua ayat tersebut adalah bahwa apapun yang terjadi di alam fana ini dan menimpa diri kita, semua itu atas kehendak Allah SWT. Hal itu untuk menguji sampai sejauh mana keteguahan iman kita. Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini semua itu sehingga apapun yang terjadi pada kita, baik berupa kesenangan maupun kesedihan, kita kembalikan kepada Allah SWT.

C.    Hikmah Beriman kepada Qada’ dan Qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Adapun hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar adalah sebagai berikut:
1.      Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar apabila mendapat keberuntungan maka ia akan bersyukur, sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian;
2.      Memupuk sifat optimis dan giat bekerja. Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu;
3.      Menenangkan jiwa, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya;[7]
4.      Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT;
5.      Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela. Ornag yang betul-betul beriman kepada takdir tentu memiliki sikap dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qana’ah, dan optimis dalam hidup;[8]
6.      Timbul keberanian, melahirkan kepahlawanan dan menumbuhkan kesanggupan menghadapi berbagai situasi. Jika di timpa musibah tidak menyesal. Dan jika mendapat sesuatu yang menguntungkan, ia bersyukur kepada Allah SWT.
7.      Tidak bersifat sombong dan tidak mudah menyerah kepada keadaan.[9]
8.      Mendorong  semangat dan gairah untuk bekerja dan berusaha menggapai kebaikan-kebaikan. Dengan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Iman kepada Qada' dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya. Makna iman kepada Qada’ dan Qadar yakni : nasib manusia telah ditentukan Allah Swt sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Selain itu, kita harus meyakini dengan sepenuh hati adanya qada dan qadar Allah yang berlaku bagi semua makhluk sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya serta apapun yang terjadi di alam fana ini dan menimpa diri kita, semua itu atas kehendak Allah SWT.
Adapun hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar adalah sebagai berikut: Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar, memupuk sifat optimis dan giat bekerja, menenangkan jiwa, meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, tidak bersifat sombong dan tidak mudah menyerah kepada keadaan, mendorong  semangat dan gairah untuk bekerja serta berusaha menggapai kebaikan-kebaikan.
B.     Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh karena itu,saya menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Aqidah Akhlak, ed. 1 Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, 190.
Buku Siswa Pendidikan PAI dan Budi Pekerti, cet. 1, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2005.
Chirzin, Muhammad. 1997. Konsep dan Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Faridl, Miftah, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1999.
Ibrahim, T, Darsono. Membangun Aqidah dan Akhlak, Solo: Tiga Serangakai Pustaka Mandiri, 2003.
Syamsuri, Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2007.
Zainuddin, A dan Muhammad Jamhari, “Al-Islam 1: Aqidah dan Ibadah, 324,” in Aqidah Akhlak, oleh Rosihon Anwar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.






[1] A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, “Al-Islam 1: Aqidah dan Ibadah, 324,” in Aqidah Akhlak, oleh Rosihon Anwar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, 189.
[2] T.Ibrahim, Darsono. Membangun Aqidah dan Akhlak, Solo: Tiga Serangakai Pustaka Mandiri, 2003, 28.
[3] Rosihon Anwar, Aqidah Akhlak, ed. 1 Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, 190.
[4] Syamsuri, Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2007, 112.
[5] Buku Siswa Pendidikan PAI dan Budi Pekerti, cet. 1, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2005, 23.
[6] Buku Siswa Pendidikan PAI dan Budi Pekerti, 27.
[7] Miftah Faridl, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1999, 36.
[8] Syamsuri, op.cit, 116.
[9] Muhammad Chirzin, Konsep & Hikmah Aqidah Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka,1997, 121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...