Kamis, 31 Januari 2019

Tanggung Jawab Pendidik dan Peserta Didik dan Konsep Pendidikan Ideal


A.    Pandangan Islam tentang Tanggung Jawab Pendidik dan Peserta Didik
1.    Tanggung Jawab Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, yaitu pribadi susila yang cakap, yang ada pada setiap anak didik. Tidak ada seorang guru yang mengharapkan anak didiknya menjadi seorang tokoh sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas tinggi berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang dapat berguna bagi nusa dan bangsa serta agama.
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Disamping itu pendidik juga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis. Dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-‘amin,[1]
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqqarrub kepada Allah.  Dalam hal pendidikan Islam ini al-Ghazali mewajibkan kepada para pendidik Islam harus memiliki adab yang baik, karena anak-anak didiknya selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya. Dan hal ini harus diinsafi oleh pendidik.[2] Sejalan dengan ini Abd. Al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik. Pertama, penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedua fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai- nilai agama kepada manusia.
Berangkat dari uraian diatas maka tanggung jawab pendidik sebagaimana disebut oleh Abd. Al-Rahman al- Nahlawi adalah mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan Syariatnya, mendidik diri supaya beramal sholeh, mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati dan tabah dal menghadapi kesusahan, beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran. Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab moral, seorang pendidik terhdap anak didik akan tetapi lebih jauh dari itu. Pendidikan akan mempertanggungjawabkan atas segala tugas yang dilaksanakannya kepada Allah sebagai mana hadist Rasul : Artinya:  dari Ibnu Umar r.a berkata: “Rasulullah SAW besabda: masing- masing kamu adalah pengembala dan masin- masing bertanggung jawab atas gembalanya: pemimpin adalah pengembala, suami adalah pengembala terhadap anggota keluarganya, dan istri adalah pengembala di tengah- tengah rumah tangga suamin dan terhadap anaknya. Setiap orang di antara kalian adalah pengembala dan masing masing bertanggung jawab atas yang di gembalanya.” (H.R Bukhari Muslim).
2.    Tanggung Jawab Peserta Didik
Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggungjawab pada diri masing-masing.  Tanggungjawab siswa sebagai pelajar adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah.  Artinya setiap siswa wajib dan mutlak melaksanakan tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali. 
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut: a) Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabbur. 2) Merasa satu bangunan dengan murid lainnya sehingga merupakan satu bangunan yang saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang, 3) Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dam pikiran, 4) Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat saja, melainkan mempelajari berbagai ilmu dan berupaya sungguh-sungguh sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut.
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu bersatu. Mereka dalam satu jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi mereka tetap satu sebagai “Dwi Tunggal” yang kokoh bersatu. Posisi merekan boleh berbeda, tetapi tetap seiring setujuan, bukan seiring tetapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa pendidik dan peserta didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu.
B.     Konsep Pendidikan Ideal menurut Islam
Pendidikan Islam ideal adalah  membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT,  mampu menggunakan logikanya secara baik,  berinteraksi sosial dengan baik dan bertanggung jawab.  Dengan kata lain,  pendidikan Islam ideal adalah membina potensi spiritual,  emosional dan intelegensia secara optimal. 
Aktifitas pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya dalam mewujudkan spirit Islam, yaitu suatu upaya dalam merealisasikan semangat hidup yang dijiwai oleh nilai Islami. Selanjutnya spirit tersebut digunakan sebagai pedoman hidup. Rumusan konsep pendidikan Islam sebagai berikut :
1.      Pendidikan dalam konsepsi ajaran Islam merupakan manifestasi dari tugas kekhalifahan ummat manusia di muka bumi. Manifestasi ini akan bermakna fungsional jika seluruh fenomena kehidupan yang  muncul dapat di beri batasan-batasan nilai moralitasnya, sehingga tugas kekhalifahan itu tidak justru berada di luar lingkar nilai-nilai itu. Dan konsekuensinya, mengisyaratkan kepada manusia agar dalam proses pendidikannya selalu cenderung pada ajaran-ajaran pokok dari sang Pendidik yang paling utama dan pertama, yaitu Allah sebagai rabb al-‘alamiin dan sekaligus sebagai rab an-naas.
2.      Pendidikan Islam memahami alam dan manusia sebagai totalitas ciptaan Allah, sebagai satu kesatuan, di mana manusia yang diberi otoritas relatif untuk mendayagunakan alam, tidak bisa terlepas dari sifat ar-rahman dan ar-rahim Allah yang termasuk sifat ke-rubbubiyyahan-Nya. Oleh karena itu pendidikan sebagai bagian pokok dari aktifitas pembinaan hidup manusia harus mampu mengembangkan rasa kepatuhan dan rasa syukur yang mendalam kepada Khaliq-nya. Sehingga beban tanggungjawab manusia tidak ditujukan kepada selain Allah. Inilah sebenarnya makna tauhid yang mendasari segala aspek pendidikan Islam.
3.      Atas dasar ketauhidan tersebut, pendidikan Islam  haruslah mendasarkan orientasinya pada penyucian jiwa, sehingga setiap diri manusia mampu meningkatkan dirinya dari tingkatan iman ke tingkatan ikhsan yang mendasari seluruh kerja kemanusiaannya (amal sholeh).
Dari orientasi pendidikan Islam ini, maka asas pendidikan Islam tidak lain adalah berupaya mengefektifkan aplikasi-aplikasi nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara utuh kepada manusia, masyarakat, dan dunia pada umunya.[3]Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan, Ibnu Kaldun berpendapat bahwa tujuan merupakan paling utama dan pertama dimana tujuan pendidikan harus berorientasi pada dunia dan akhirat.[4]
2.      Metode Pengajaran, menurut Ibnu Kaldun harus berjalan sesuai dengan tahapan perkembangan manusia. Metode mengajar Ibnu Kaldun lebih menekankan pentingnya bimbingan dan pembiasaan.
3.      Kurikulum Pendidikan, Ibnu Kaldun dalam menyajikan kurikulumnya sangat pragmatis.  Bagian alquran dijadikan dasar dari semua isi pelajaran bahkan sumber dari pelajaran. Ibnu Kaldun sangat menganjurkan al-quran dan hadis dijadikan sumber dari semua pelajaran terutama dari tingkat awal. Kurikulum pendidikannya terbagi dua tingkatan yakni tingkat awal dan atas.


[1]Asma Hasan Sulaiman, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1979, h. 165.
[2]Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam,cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h. 170.
[3]Syamsul Arifin, dkk. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, Yogyakarta: Si Press, 1996, h. 166.
[4]Lisnawati, Konsep Ideal Pendidikan Islam Menurut Pandangan Ibnu Kaldun dan Hubungannya dalam Konteks Pendidikan Modern, Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang, Vol.1, No. 1, 2017, 62.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...