Kamis, 31 Januari 2019

TAFSIR TARBAWI : MALAIKAT SEBAGAI PENDIDIK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah malaikat sebagi pendidik.
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan. Dalam Al –Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik dan profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang Malaikat sebagai pendidik  menurut Al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1)      Surah apa yang berkaitan dengan malaikat sebagai pendidik?
2)      Bagaimana penafsiran surah An-Najm?

C.    Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui surah apa yang berkaitan dengan malaikat sebagai pendidik.
2)      Untuk mengetahui bagaimana penafsiran surah An-Najm.

                                                      BAB II     
 PEMBAHASAN
Nash dan Arti QS. An-Najm Ayat 5-6
عَلَّمَهُ شَدِ يْدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَى (6)
Artinya: “Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat, pemilik potensi yang sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”

B.     Penafsiran Surah An-Najm
Surah An-Najm merupakan surah yang seluruh ayat-ayatnya turun sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Memang,ada yang mengekecualikan ayat 32, tetapi pengecualian ini ditolak oleh banyak ulama. Nama An-Najm (bintang) diambil dari kata An-Najm pada ayat pertama dari surah ini. Surah ini dinilai sebagi surah yang ke-23 dari segi perurutan turunnya surah-surah al-Qur’an. Ia turun sebelum surah ‘Abasa dan sesudah al-Ikhlash atau at-Takwir dan jumlah ayatnya sebanyak 62 menurut perhitungan ulama Kufah dan ulama lain 61 ayat.[1] dan dalam surah An-Najm ayat 5-6 tidak terdapat asbabun nuzul.
Allah berfirman bahwa: Ia, yakni wahyu yang diterimanya itu, diajarkan kepadanya, yakni kepada Nabi Muhammad, oleh malaikat Jibril yang sangat kuat, pemilik potensi akliah yang sangat hebat; lalu dia, yakni malaikat Jibril itu, tampil sempurna dan menampakkan diri dengan rupanya yang asli. Sedang dia, yakni malaikat Jibril berada diufuk langit yang tinggi berhadapan dengan orang yang menengadah kepadanya.[2]
Kata  (علمه) ‘allamahul/diajarkan kepadanya bukan berarti wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Malaikat Jibril menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi Muhammad SAW. 
Kata ( ةمرّ) mirrah terambil dari kalimat (اَ مْرَرْ تُ الْحَبْلَ) yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرة) dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas ynag dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang memahaminya dalam arti kekuatan fisik, akal, dan nalar. [3]
Ada lagi ulama yang memahami ayat diatas berbicara tentang Nabi Muhammad yakni Nabi agung itu adalah seorang tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang pikiran dan akalnya lagi sangat tegas dalam membela agama Allah.
Menurut Tafsir Al-Azhar, “Yang memberinya ajaran ialah yang sangat kuat.” (ayat 5). Bahwasanya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau ialah makhluk yang sangat kuat. Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang sangat kuat itu ialah Malaikat Jibril.[4]
Yang mempunyai keteguhan.” (pangkal ayat 6). Mujahid, al-Hasan dan Ibnu Zaid member arti” Yang mempunyai keteguhan.” Ibnu Abbas member arti “ Yang mempunyai rupa elok.” Qatadah member arti: “ Yang mempunyai bentuk badan yang tinggi bagus.” Ibnu Katsir ketika member arti berkata: “Tidak ada perbedaan dalam arti yang dikemukakan itu karena Malaikat Jibril itu sangat bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayatnya ialah (فا ستو ى) fastawa, artinya “ Yang menampakkan diri yang asli.” Menurut riwayat dari Ibnu Abi Htim yang diterimanya dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah saw. melihat rupanya yang asli itu dua kali. Kali yang pertama ialah ketika Rasul saw. meminta kepada Jibril supaya sudi memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Permintaan itu dia kabulkan, lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Kali yang kedua ialah ketika ia memperlihatkan dalam keadaannya yang asli itu, ketika Jibril akan menemani beliau pergi Isra’ Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, 600 (enam ratus) sayap.[5]
Dari penjelasan diatas dapat diambil garis besar bahwa seorang guru harus cerdas dan kuat dalam perkataan dan perbuatannya. Seorang pendidik berkewajiban untuk mengajarkan ilmunya kepada peserta didik, sedangkan peserta didik berkewajiban menuntut ilmu dari seorang pendidik. Karena peran seorang pendidik sangat besar terhadap peserta didiknya, maka seorang peserta didik harus menghormatinya.
Penghoramatan seorang peserta didik terhadap seorang pendidiknya telah dicontohkan oleh Nabi Musa as terhadap al- Khidir. Di antara bentuk-bentuk penghormatan Nabi Musa as terhadap al- Khidir adalah berbicara dengan lemah lembut, tidak banyak bicara, dan menganggap al-Khidir lebih tahu daripada dirinya. Pendidik sangat penting sebagai penuntun bagi peserta didiknya dan sebagai teladan bagi peserta didiknya karena tujuan dasar dari pendidikan, yakni perubahan tingkah laku peserta didik.
Pada surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten seperti yang tersurah dalam ayat ini  adalah seperti halnya malaikat Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.       Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.      Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang diajarkannya.
c.       Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang pendidik hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.[6]








BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1)      Seorang pendidik harus sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
2)      Selain itu Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang diajarkannya.
3)      Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang pendidik hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.
B.       Saran
Makalah ini dibuat supaya para pembaca banyak mengetahui Tafsir tentang Malaikat Sebagai Pendidik. Diharapkan makalah ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, makalah ini bisa dijadikan panduan agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.








DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish,  2009, Tafsir Al-Misbah, cet. 1, vol. 13, Jakarta: Lentera Hati.
Hamka, 2000, Tafsir Al Azhar, Juz XXVII-XXVIII, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas
Izzan, Ahmad 2012, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, Banten: PAM Press.





















[1] M. Quraish Shihab, 2009, Tafsir Al-Misbah, cet. 1, vol. 13, Jakarta: Lentera Hati, Hal. 167-168.
[2] Ibid, Hal. 174.
[3] Ibid, Hal. 175.
[4] Hamka, 2000, Tafsir Al Azhar, Juz XXVII-XXVIII, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, Hal. 93.
[5] Ibid.
[6] Ahmad Izzan, 2012, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, Banten: PAM Press, Hal. 203.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WIRAUSAHA : PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN A.            Latar Belakang Seseorang yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tindakan demi memperoleh suat...