BAB II
KONSEP, TRANSMISI, DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR
A.
KONSEP BUDAYA
BELAJAR
1.
Pentingnya
Budaya Belajar
Kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkungannya serta menjadi
kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan
(Suparlan: 1980).
Berdasarkan konsep tersebut, maka
budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan menusia mengenai
belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial untuk menafsirkan
benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Budaya belajar dapat juga dipandang
sebagai pross adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk
adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni: (1)
syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan
kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ
tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yaknipemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari
perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan
kejiwaan lainnya; (3) syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan
dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan,
dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet,
1976: 172).
2.
Sifat-sifat
Budaya Belajar
Kebudayaan etnis di Indonesia jumlah
tidak kurang dari 300 buah masing-masing melekat didalamnya terdapat budaya
belajar. Masing-masing budaya atau budaya belajar memiliki ciri umum yang sama.
a.
Budaya Belajar
Dimiliki Bersama
Sifat budaya belajar yang melekat dalam
kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama. Karena terlahir
dari potensi yang dimiliki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan
suatu karya yang dimiliki bersama. Bermacam-maca jenis kebudayaan tergantung
dari pengkategoriannya. Jenis kebudayaan dapat dipandang dari latar belakang
etnis (kebudayaan etnis Sunda, etnis Jawa, dll), letak geografis (kebudayaan
masyarakat pantai atau pegunungan), agama (kebudayaan muslim, kristen, dll),
bahkan dari perkembangannya (kebudayaan masyarakat kota, pedesaan, dll).
b.
Budaya Belajar
cenderung Bertahan dan Berubah
Karena
dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama.
Kebudayaan yang dipertahankan itu mencirikan jenis kebudayaan yang tertutup dan
bersifat statis. Namun pada sisi yang lain, karena hasil kesepakatan untuk
diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala
terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersama. Sifat berubah suatu
kebudayaan mencerminkan kebudayaan yang terbuka dan bersifat dinamis.
Umumnya
budaya belajar cepat atau lambat mengalami perubahan selain pertahana, namun
yang harus dicatat adalah adanya membedakan pada level individu atau kelom[pok
sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah.
c.
Fungsi Budaya
Belajar untuk Pemenuhuan Kebutuhan Manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan
dikebangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Ada tiga
syarat dasar yang harud dipenuhi oleh manusia dengan budaya belajarnya, yakni:
- Syarat
dasar alamiah
- Syarat
kejiwaan atau psikologis
- Kebutuhan
dasar sosial.
- Budaya
Belajar Diperoleh Melalui Proses Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang
diturunkan secara genetik yangbersifat herediter, melainkan dihasilkan melalui
proses belajar oleh individu atau kelompok sosial dilingkungannya.
Faktor yang menentukan dalam
mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan symbol bahasa.
Bagaimanapun sderhananya satu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok
sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin
maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan
kompleksitasnya.
3.
Perwujudan
Budaya Belajar
Wujud
budaya belajar dalamkehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama,
perwujudan budaya belajar yangbersifat abstrak, dan kedua perwujudan budaya
yang bersifat kongkrit.
Perwujudan
budaya belajar yang bersifat abstrak adalah konsekwensi dari cara pandang budaya
belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu atau kelompok
sosial sebagai pedoman dalam belajar.
Perwujudan
budaya belajar yang diperlihatkan secara kongkrit berupa (a) dalam prilaku
belajar; (b) dalam ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa
material. Perwujudan prilaku belajar individu atau kelompok belajar sosial
dapat dilihat dari interaksi sosial juga dari kondisi resmi dan tidak resmi.
Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.
Bahasa
adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara koongkrit pada individu atau
kelompok sisial. Kekurangan dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan
menghambat percepatan dalam merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar.
Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan
memperkuat dan mengembangkan budaya belajar seorang individu atau kelompok
sosial. Dalamkonteks Bangsa Indonesia yang kenyataannya multikultur menunjukkan
wujud berbahasa apa yang mencerminkan budaya belajarnya. Pada suku bangsa
tertentu memperlihatkan jenis bangsa yang masih sederhan. Kesederhanaan dalam
bahasa menunjukkan symbol dalam pengetahuannya.
Hasil
belajar berupa material menjadikan perwujudan kongkret dari sistem budaya
belajar individu atau kelompok sosial. Dalam konsep keterampilan hidup
terkandung didalamnya sejumlah kecakapan-kecakapan yang dihasilkan melalui
proses pembelajaran yang berlangsung di lingkungannya, suatu masyarakat.
Kecakapan tersebut diantaranya (a) kecakapan dalam pengendalian diri; (b)
kecakapan dalam kehidupan sosial; (c) kecakapan akademik; (d) kecakapan bidang
kejuruan. Perwujudan kecakapan dalam hasil belajar banyak berupa perbuatan
benda ataupun yang lainnya menunjukkan tingkat budaya belajar yang selama ini
ditempuh dan menjadi perhatiannya.
4.
Subtansi Budaya
Belajar
Subtansi
budaya belajar dapat dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni: (a) sistem
pengetahuan budaya belajar; (b) sistem nilai budaya belajar dan sistem etos
budaya belajar; (c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.
Sistem budaya belajar yang dimiliki
manusia merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya
pada lingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun alam sebagai bentuk
penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup.
Ada
tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajar yang diperoleh dari
penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni: (a) melalui serangkaian
pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam
lingkungan alam ataupun sosial; (b) melalui berbagai pengajaran yang
diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah masyarakat, ataupun pendidikan
di sekolah; (c) pengalaman juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang
bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
Faktor-faktor
yang memperngaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan
orientasi budaya di masa depan. Dalam perwujudan sehari-hari, kelompok
masyarakat perkotaan juga berbeda-beda dalam penghargaan budaya belajarnya.
Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang
dipandang penting oleh suatu masyarakat. Etos budaya belajar merujuk pada
penampilan watak dasar belajar melekat pada individu atau kelompok suatu
masyarakat. Pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar-dasar sistem
pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat
setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat
di operasikan dalam bentuk sistem berpikir mengenai pengkategorisasian.
Dalam
setiap masyarakat pandangan hidup terlihatkan atas sikap terbuka atau tertutup.
Terdapat kelompok masyarakat yang menerima budaya belajar yang hanya cocok
untuk lingkungannya dan menolak yang
tidak sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.
5.
Bidang Materi
Budaya Belajar
Mengingat
budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi bidang garapan
atau materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia. Para ahli
budaya sepakat untuk menetapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa
dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat manapun adanya, yakni:
a.
Materi belajar
sistem kepercayaan religi
Materi pembelajaran ini dalam
masyarakat Indonesia menjadi materi yang berkedudukan penting. Kajian materi
pembelajaran ini dapat dicermati melalui pembelajaran di lingkungan keluarga,
masyarakat dan pendidikan formal. Lima komponen yang dimasukkan dalam materi
pembelajaran sistem kepercayaan dan religi, yakni:
1.
Emosi keagamaan
Pembelajaran
emosi keagamaan diarahkan pada kekuatan kolektivitas, sehingga menjadi
identitas suatu kelompok sosial berasarkan kategori agama.
2.
Sistem
keyakinan
Sistem
keyakinan ini diarahkan dalam budaya belajar untuk mengenal Tuhan dennngan sifat-sifatnya
(Kosmologi); terjadinya alam dan kejadian dunia (Kosmogoni); percaya pada hari
akhirat (esyatologi);. Dalam budaya belajar sistem keyakinan juga menyangkut
nilai dan sistem norma keagamaan, ajaran kesusilaan, dan dokrin religi lainnya
yang berhubungan dengan tingkah laku manusia.
3.
Sistem ritus
dan upacara keagamaan
Adalah
suatu wujud budaya belajar dalam tindakan untuk melakukan perbandingan kepada
tuhan tme atau kekuatan gaib berupa Dewa dan Dewi, roh nenek moyang. Fungsi
ritus adalah sarana manusia untuk melakukan komunikasi secara khusus.
Komunikasi itu dilakukan secara rutin dengan menggunakan tata cara yang sudah
ditentukan berupa prilaku berdoa, bersujud, bersaji, berkorban dll.
4.
Pelaksanaan
ritus menggunakan
Artinya budaya belajar diarahkan untuk
mengenal tempat-tempat yang disucikan untk melaksanakan ritus misalnya bangunan
mesjid, langgar, greja, pafoda, stupa, atau tempat keramat lainnya.
5.
Ummat beragama.
Yakni budaya belajar diarahkan untuk
mengenal adanya kesatuan kelompok sosialnya yang berdasarkan kesamaan dalam
sistem agama atau keyakinan pada saat melaksanakan ritus.
b.
Materi belajar
sistem organisasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia
senantiasa hidup secara kelompok. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih
menguntungkan dibandingkan hidup menyendiri. Terdapat dua submateri yang
disediakan bahan mengenai kehidupan sosial berikut organisasinya yakni (a)
organisasi simbolik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah
laku fisik yang bersifat otomatis, dan (b) organisasi sosial, yangterbentuk
atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.
Materi organisasi mempunyaidua aspek penting untuk diajarkan yakni aspek
fungsi dan aspek struktur.
c.
Materi belajar
sistem mata pencaharian hidup
Adalah materi yang paling mendapat
tekanan dari masyarakat manapun. Setiap kelompok masyarakat memiliki sistem
ekonomi yang bersumber dari lingkungannya.
Dalam pengkajian perekonomian
setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni: (a) ekonomi sektor prodeksi; (b)
ekonomi sektor distribusi; (c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitannya dengan
materi pembelajaran bidang ekonomi perlu memperhatikan jenis mata pencaharian
yang dijadikan bidang kehidupannya. Misalnya pada kelompok masyarakat pedesaan
lebih menekankan pada sektor produksi dan distribusi.
d.
Materi belajar
sistem peralatan dan teknologi
Adalah salah satu unsur kehidupan
manusia yang berperan untuk mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang
sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk
mempermudah dan meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada
perinsipnya teknologi ditemukan manusia karena terdesaknya oleh kebutuhan dalam
pekerjaannya. Dalam lingkungan keluarga, masyarakat ataupun sekolah
pembelajaran teknologi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung dan
penggunaannyapun tidak hanya untuk orang dewasa tetapi anak sekolah pun sudah
mempelajarinya.
e.
Materi belajar
sistem bahasa
Salah satu materi budaya belajar yang
bersifat khas adalah bahasa. Materi budaya belajar ini mendapat perhatian yang
besar oleh Antropologi mutakhir, mengingat bahasa dipandang menjadi pangkat
terwujud suatu kebudayaan. Bahasa tidak hanya diartikan sekedar suara (bahasa
lisan), melainkanjuga dengan tulisan )bahasa tulisan), bahkan bahasa gerak
(bahasa isyarat).
f.
Materi belajar
sistem kesenian
Kesenian adalah unsur budaya yang
berusia tua sebagai materi pembelajarannya, kesenian secara tak langsung maupun
langsung dijalankan dengan dengan budaya belajar. Melihat citranya yang indah
memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari kesenian setempat
ataupun kelompok lain secara khusus.
B.
Transmisi Budaya
Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang
diturunkan secara genetic atau herediter, melainkan melalui proses belajar oleh
individu atau kelompok sosial di lingkungannya. Budasya belajar dapat juga
dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa
lingkungan fisik maupun lingkunngan sosial. Sistem pengetahuan belajara
digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk kebutuhan hidup, yakni: (1)
syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan
kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ
tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan
tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan
berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat dasarsosial, yakbni kebutuhan
untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat
mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangkai musuh dsb
(suparlan, 1980;Bennet, 1976: 172).
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan
dengan istilah “tranmisi kebudayaan”, yakni suatu usaha untuk menyampaikan
sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam
meneruskan estapeta kebudayaan, faktor yang menentukan dalam mempelajari budaya
belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa.
1.
Kepribadian dan
Budaya Belajar
Pembahasan kepribadian pada umumnya
membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkait dengan
aspek eksternal individu. Suatu pembahasan yang komprehensif yang menghubungkan
antara aspek kepribadian dengan budaya belajar bilamana ditempatkan dalam
konteks kepribadian publik, artinya suatu kepribadian yang secara umum dianut
oleh masyarakat yang ada dalam suatulingkungan masyarakat. Landasannya adalah
budaya belajar akan dapat diinternalisasikan dalam hidup masyarakat.
a)
Kepribadian
yang Selaras
Teori sosialisasi adalah salah satu
teori yang banyak digunakan untuk menganalisis tentang adannya kepribadian yang
selaras dengan lingkungannya. Kepribadian yang selaras disini adalah
kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat
yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadi
pendukung kebudayaan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilikinya itu
terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tingga.
b)
Kepribadian
yang Menyimpang
Sementara itu terdapat pula teori yang
menentang adanya kepribadian publik melalui sosialisasi, yakni psiko-analisis.
Teori ini beranggapan bahwa perkembangan kepribadian adalah suatu yang tidak
sederhana seperti yang digambarkan. Kenyataan ini dibuktikan dengan menunjukan
fakta, bahwa kepribadian itu tidak hanya dibentuk oleh lingkungan eksternal
(lingkungan sosial),melainkan juga oleh internal (bakat dan karakteristik) dan
diri anak itu sendiri.
2.
Sarana
Pewarisan Budaya Belajar
Usaha pewarisan bukan sekedar
menyampaikan atau memberikan sseuatu yang material, melainkan yangterpenting
adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi
pedoman yang baku dalam masyarakat.
Usaha pewarisan ini dipandang sangat
penting kedudukannya,karena bukan hanya untuk kepentingan golongan tua saja
atau golongan muda saja, melainkan lebih jauh untuk menunjukkan keberadaan
suatu masyarakat atau bangsa.
3.
Lingkungan
Pendidikan Keluarga
Kajian Antropologi pendidikan,
lingkungan keluarga merupakan unit sosial yang paling kecil dan menjadi salah
satu lingkungan yang mendapat perhatian penting dalam mengenali fenomena sosial
yang berimplikasi kepada pengenalan sistem kekerabatan dan organisasi sosial
serta sistem mata pencaharian hidupnya. Demikian halnya dengan mengenal sitem
pewarisan kebudayaan, keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga
itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapatkan pelajaran
pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum
mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.
Di dalam lingkungan keluarga terdapat
fungsi utamakeluarga, yaitu:
- Fungsi
seksual keluarga, malalui perkawinan
- Pusat
perekonomian
- Fungsi
edukasi
Inti proses pewarisan budaya melalui
keluarga adalah terjadinya interaksi berjalan perlahan tetapi pasti tanpa
prosedur, yang berbelit-belit. Adapun fokus perhatiannya yakni dengan meneliti
tentang pola pengasuhan ank-anak.
4.
Lingkungan
Pendidikan Masyarakat
J.P. Gilian mengartikan masyarakat sebagai sekolompok manusia yang tersebar,
yang mempunyai kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama.
Masyarakat terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Pada perinsipnya
suatu masyarakat berwujud apabila diantara kelompok individu-individu tersebut
telah lama melakukan kerjasama serta hidup bersama secara menetap. Sistem
pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata
sosial, diantaranya pemilikan hak milik, perkawinan, religi, sistem hukum,
sistem kekeranatan dan sistem edukasi.
5.
Lingkungan
Pendidikan Sekolah
Sekolah adalah sarana yang diciptakan
oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pendidikan di
sekolah dalam krangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang
bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu
berdasarkan rancangan adalah program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan
dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Proses pewarisan budaya di sekolah
dilakukan secara bertahap, terencana dan terus menerus. Cara pewarisan melalui
lembaga sekolah itu hanya berlaku bagi masyarakat yang berkebudayaannya
kompleks.
6.
Lingkungan Pendidikan
Media Massa
Media massa adalah suatubagian dalam
masyarakat yang bertugas menyebarluaskan
berita, opini, pengetahuan, dsb. Sifat media massa adalah mencari bahan
pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan
bersama. Berdasrkan sifatnya, media massa salah satu fungsinya sebagai media
kontrol yang terjadinya berbagai
penyimpangan dari nilai dan norma serta aturan yang berlaku di masyarakat.
Selain itu berfungsi juga sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Melalui
media massa akan terjalin hubungan atau
kontak sosial secara tidak langsung antar anggota masyarakat. Keseluruhan itu
menunjukkan besarnya peran media massa dalam pembentukan pewarisan budaya
belajar bagi seluruh anggota masyarakat.
C.
Proses Perubahan
Budaya Belajar
Perubahan budaya merupakan sebuah
keharusan yang prosesnya dapat secara langsung dan tidak langsung.
Individu/kelompok sosial akan berkesesuaian dengan
motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya apabila didukung oleh
faktor-faktor berikut:
- Adanya
kesadaran dari para individu akanadanya kelemahan pola budaya belajar yang
selama ini dianutnya.
- Adanya
mutu dan keahlian para individu yangbersangkutan dalam mendorong
terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
- Adanya
sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya
belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
- Adanya
suasana keritis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses perubagan budaya belajar, yakni:
1.
Faktor waktu
dalamperubahan budaya belajar
Faktor waktu disebut juga perubahan
budaya belajar yang alamiah. Budaya belajar ini berlangsung secara perlahan,
tetapi pasti berkembang. Perubahan budaya belajar dipandang mengikuti hukum
evolusi, dalamarti perkembangannya mengikuti tahapan-tahapan. Rentang pertahan
perkembangan budaya belajar cukup lama.
2.
Faktor kontak
budaya dalamperubahan budaya belajar
Kontak budaya dalam perubahan budaya
berlangsung dalamproses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar
untuk kemudian dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.
3.
Faktor
kecepatan dalam perubahan budaya belajar
Kecepatan perubahan budaya menjadi
prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Dimana perubahan budaya belajar
ini pada dasarnya berlangsung dari awal atau seerhana menuju komplek.
4.
Akulturasi
Budaya Belajar
Istilah akulturasi baru dapat
dikemukakan pada tahun 1934 oleh sebuah lembaga penelitian Ilmu Sosial
Internasional. Adapun anggotanya yangterkenal seperti Redfield, Linton, dan
Herskovits, yang merumuskan definisi tentang akulturasi meliputi sebuah
fenomena yang timbul sebagai akibat adanya kontak secara langsung dan terus
menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya perubahan kebudayaan yang asli dari
kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi budaya belajar dapat
terwujud melalui budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain:
- Kontak
budaya belajar bisa terjadi antar seluruh anggota masyarakat atau sebagian
saja, bahkan hanya individu-individu dari dua masyarakat. Misalnya kontak
budaya dalam bidang keagamaan.
- Kontak
budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara dua kelompok masyarakat
yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Contohnya
antara bangsa Indonesia dengan Malaysia yang kebanyakan penduduknya masih
satu rumpun bangsa.
- kontak
budaya belajar dapat timbul diantara masyarakat yang mempuyai kekuasaan
baik dalam politik maupun ekonomi.
5.
Asimilasi
Budaya Belajar
Asimilasi dapat dipandang sebagai
proses sosial yang ditandai dengan makin bergantungnya perbedaan-perbedaan
antar individu dan antar kelompok serta
dengan semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Asimilasi berkaiatan
dengan sikap dan proses mental yang berhubungan dengan tujuan dan kepentingan
bersama. Asimilasi budaya belajar pada dasarnya proses saling mempelajari pola
budaya belajar antarindividu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya
belajar masing-masing.
Proses asimilasi budaya belajar dapat
berjalan dengan cepat ataupun lamban bergantung pada beberpa faktor.
- Adanya
toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat
memiliki perbedaan-perbedaan.
- Adanya
faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau
memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar.
- adanya
faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak
budaya belajar pada awalnya.
- adanya
faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya
suatu asimilasi budaya belajar.
6.
Inovasi Budaya
Belajar
Konsep inovasi dibedakan dalam dua
term, yaitu discoveri dan invention. Keduanya meiliki orientasi yang sama namun
memiliki perbedaan. Lebih tegasnya Persudi Suparlan (1987) menyatakan discoveri
adalah suatu penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala
atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau hakikat mengenai hubungan
antara dua gejala/lebih. Sedangkan inventation adalah ciptaan baru yang berupa
benda/pengetahuan yang diperoleh melalui proses pencintaan yang didasarkan atas
pengkombinasian danpengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau
lainnya.
Individu atau kelompok masyarakat yang
memiliki konfigurasi mental dalam budaya belajar akan berjalan melalui tiga
tahap.
- tahap
analisis: melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari
konfigurasi yang sudah ada.
- tahap
identifikasi: melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan
adanya kecocokan-kecocokan.
- tahap
substitusi: menentukan untuk mengganti konfigurasi budaya belajar yang
lama kedalam konfigurasi belajar yang baru.
Individu atau kelompok sosial akan berkesesuaian dengan
motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a)
Adanya
kesadaran dari para Individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar selam
ini dianutnya.
b)
Adanya muu dan
keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan
budaya belajar yang baru
c)
Adanya sistem
perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam
bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya
d)
Adanya suasana
krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Suatu pembaharuan budaya belajar akan
diterima oleh suatu masyarakat pabila memenuhi syarat-syarat berikut.
1.
Masyarakat
bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali
adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah
tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan.
2.
Perubahan
budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota
masyarakat lainnya.
3.
penemuan budaya
belajar harus bisa diajarkan pada masyarakat.
4.
penemuan budaya
belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang.
5.
perubahan
tersebut tidak merusak prestise pribadi atau gologan.
7.
Difusi Budaya
Belajar
Difusi budaya belajar dipandang sebagai
proses penyebaran dari suatu budaya belajar individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke
masyarakat lainnya atau difusi
inter-masyarakat, nila suatu budaya belajar baru diterima oleh masyarakat
karena bekesesuaian dengan sistem gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka
budaya belajar akan menjadi gejala universal.
Sebaliknya budaya belajarbaru yang ketika disebarkan hanya didukung oleh
sebagaian masyarakat saja disebut alternative.
Sedangkan bila pendukung budaya belajar hanya sebagian kecil disebut spesialis. Manakala sistem gagasan,
tingkahlaku dan sikap budaya belajar baru hanya muncul pada perorangan saja
maka disebut particular individu.
Proses peniruan budaya belajar disebut
imitasi. Dikalangan para inovasi budaya belajar gejala peniruan bisa dilakukan,
manakala mereka dihadapkan pada suatu masalah untuk segera memecahkan masalah
dilingkungannya. Gejala peniruan ini bisa berbentuk trial and error artinya
mencoba-coba, bisa benar bisa juga salah.
Salah satu prinsip difusi budaya belajar
adalah jika terjadi mula pertama menyebar atau diidentifikasi oleh kelompok
masyarakat yang letaknya dan hubungannya paling dekat dengan sumber perubahan
budaya belajar. Prinsip lainnya berkenaan dengan marginal servival, yakni jauh
unsur kebudayaan yang disebarkan itu dari pusatnya maka sifat kebudayaan itu
semakin kabuar atau dengan kata lain unsur kebudayaan yang tersebar itu telah
mengalami perubahan baik dari bentuknya maupun isinya.
8.
Dampak
Perubahan Budaya Belajar
Besarnya tuntutan budaya belajar baru
dari dalam disebabkan karena semakin besarnya tuntutan akan kebutuhan hidup.
Adanya kesempatan atau peluang dimiliki oleh lingkungan tersebut untuk
memungkinkan terjadinya perubahan budaya belajar. Bila peluang tersebut
dipandang menguntungkan dalam kehidupan sosial, sangat besar kemungkinan
perubahan budaya belajar baru akan diterima.
Dampak perubahan budaya belajar dalam
kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari di lingkungan kta.
Setiap individu atau kelompok masyarakat menginterpretasi semakin sulitnya
kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadikan individu atau
kelompok sosial mengbah pola budaya belajar dalam kehidupannya. Dalam prilaku
sehari-hari pembangunan sarana seperti transportasi, teknologi informasi memungkinkan
setiap individu atau kelompok masyarakat di pedesaan ataupun diperkotaan
melakukan perubahan pola belajar. Terlebih lagi dalam lingkungan, baik
dipersekolahan dasar, menengah ataupun tinggi penggunaan ICT telah berdampak
pada perubahan pola budaya belajar.
Dalam pandangan adaptai budaya belajar,
individu atau kelompok sosial melakukan tindakan adaptasi dalam rangka dapat
memenuhi kebutuhan hidup dasar sehingga dapat melangsungkan kehidupanny dengan
sebaik-baiknya. Perbedaan respon dalam menghadapi budaya belajar baru pada
dasarnya disebabkan kerena perbedaan dalam beradaptasi yang dikategori menjadi
dua begian, yakni kelompok yang setuju dan yang tidak setuju dengan perubahan
budaya
Penetrasi budaya belajar adalah
penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang
disebabkan kontak dengan dunia luar. Dapat secara langsung, yakni melalui
antarindividu atau antarkelompok secara berhadapan. Maupun secara tidak
langsung berupa bentuk kontak melalui media massa, koran, majalah, radio,
televisi, dan bentuk media lainnya sehingga membentuk sejumlah pengetahuan baru
yang bernilai penting bagi pengembangan kehidupan di lingkungannya. Proses
penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar disebut penetrasi budaya. Artinya unsur yang datang dari luar secara
perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap
sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan
mengubah budaya belajar atau sebagian budya belajar yang hidup dalam suatu
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar